WahanaNews.co | Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva, membantah penyelidikan independen yang mendapat temuan tentang pekerjaan sebelumnya di Bank Dunia.
Menurut hasil penyelidikan tersebut, Georgieva menekan staf untuk mengubah laporan demi menghindari kemarahan pemerintah China.
Baca Juga:
Setara Negara Maju, Pendapatan Per Kapita Jakarta Pusat US$50.000
Berdasarkan temuan tersebut, Bank Dunia mengumumkan akan segera menghentikan publikasi peringkat World Bank's Doing Business, setelah dalam penyelidikan ditemukan kejanggalan pada edisi 2018 dan 2020.
Georgieva, warga negara Bulgaria yang mulai memimpin IMF pada Oktober 2019, menolak simpulan tentang perannya di Bank Dunia.
"Saya secara fundamental tidak setuju dengan temuan dan interpretasi Investigasi Penyimpangan Data terkait dengan peran saya dalam laporan Doing Business Bank Dunia 2018," katanya, dalam sebuah pernyataan, Jumat (17/9/2021).
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
Tuduhan itu dapat merusak reputasinya dan memberikan dasar bagi kritikus lama Amerika Serikat (AS) terhadap organisasi multilateral dan perlakuan mereka terhadap China.
"Ini adalah temuan serius. Tanggung jawab utama kami adalah menegakkan integritas lembaga keuangan internasional," kata Departemen Keuangan AS, dalam sebuah pernyataan pada Jumat (17/9/2021).
Pihaknya mencatat analisis laporan Georgieva mengatakan dirinya memberi tahu dewan IMF tentang situasi tersebut.
Dewan diharapkan bertemu untuk membahas masalah tersebut, tetapi tidak ada detil lebih lanjut.
"Kita perlu mendengar sisi ceritanya, tetapi itu tidak terlihat bagus sekarang. Bagi direktur IMF terlibat dalam manipulasi data adalah tuduhan yang cukup memberatkan. Itu memang tampak seperti pukulan nyata pada kredibilitas mereka," jelas Justin Sandefur dari Pusat Pengembangan Global (CGD), yang telah banyak menulis tentang masalah dengan metodologi laporan itu, dilansir dari AFP.
Mengubah Peringkat China
Laporan tersebut memberi peringkat kepada negara-negara berdasarkan peraturan bisnis dan reformasi ekonomi mereka, menyebabkan pemerintah berebut tempat yang lebih tinggi untuk menarik investor.
Menurut penyelidikan, pemerintah China mengeluh tentang peringkatnya yang ke-78 dalam daftar pada 2017.
Laporan tahun setelahnya menunjukkan China jatuh lebih jauh.
Bank Dunia saat itu mempersiapkan edisi 2018, sementara kepemimpinan terlibat dalam negosiasi sensitif untuk meningkatkan modal pinjamannya, yang bergantung pada kesepakatan dengan pemerintah China dan AS.
Pada minggu-minggu terakhir sebelum laporan tersebut dirilis pada akhir Oktober 2017, Presiden Bank Dunia, Jim Kim, dan Georgieva, pada saat itu sebagai CEO Bank Dunia, meminta staf untuk memperbarui metodologi terkait China, menurut penyelidikan oleh firma hukum WilmerHale.
Kim membahas peringkat dengan pejabat senior China yang kecewa dengan peringkat negara itu.
Ajudan mengangkat masalah bagaimana memperbaikinya, menurut ringkasan penyelidikan, yang dirilis oleh Bank Dunia.
Ini dianggap sebagai salah satu pencapaian Kim bahwa ia menggiring kesepakatan untuk peningkatan US$ 13 miliar dalam sumber daya Bank Dunia.
Tawar-menawar itu membutuhkan dukungan dari Presiden AS saat itu, Donald Trump, yang menentang konsesi pinjaman ke China.
Sementara pemerintah China setuju untuk membayar lebih untuk pinjaman.
Di tengah tekanan dari manajemen, staf mengubah beberapa data input, yang meningkatkan peringkat China pada 2018 sebanyak tujuh peringkat, menjadi 78, sama seperti tahun sebelumnya.
Ini menurut penyelidikan yang menganalisis 80.000 dokumen Bank Dunia dan mewawancarai puluhan karyawan saat ini dan mantan karyawannya. [dhn]