WahanaNews.co | Tak kurang dari 50 ton kunyit dan temulawak senilai Rp 750 juta resmi dilepas untuk diekspor ke India pada Senin (21/3/2022).
Dua jenis rempah itu merupakan hasil budidaya Desa Sejahtera Astra (DSA) di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Baca Juga:
5 Rempah Berkhasiat untuk Melawan Batuk
Pelepasan ekspor itu dilaksanakan oleh PT Astra Internasional Tbk bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekononian dan pemerintah daerah.
Pertumbuhan DSA Ponorogo disebut cepat berkembang dalam waktu kurang dari satu tahun.
Sehingga menjadi salah satu yang terbaik, dengan berhasil melakukan ekspor perdana hasil olahan agrikultur.
Baca Juga:
Bolehkah Konsumsi Kunyit Setiap Hari? Simak Penjelasan Efek Sampingnya
Head of CSR PT Astra International Tbk, Bima Krida Pamungkas, mengapresiasi hal tersebut.
"Harapannya DSA Ponorogo tidak hanya di agrikultur pengolahan saja, tetapi bisa berkembang ke depannya bisa ke klaster-klaster yang lain. Apakah masuk ke klaster wisata, kriya maupun budaya, atau sejenisnya, nanti Astra juga ingin DSA Ponorogo semakin berkembang di tahun kedua, ketiga dan selanjutnya," ujar Bima dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (22/3/2022).
Mewakili Astra, Bima bersyukur berkembangnya DSA Ponorogo mendapat dukungan penuh pemerintah Kabupaten Ponorogo dan fasilitator.
Adanya langkah baik ini tentu diharapkan bisa memicu desa lain dalam melakukan terobosan dengan melakukan ekspor berbagai rempah.
"Di DSA Ponorogo, ada 10 desa yang menyasar 400 masyarakat dan kurang lebih 100 petani untuk pengembangan produk ekspor rempah-rempah ini," ujar Bima mengungkapkan.
Seremoni pelepasan ekspor kunyit dan temulawak turut dihadiri para pejabat daerah dan maupun pusat.
Di antaranya Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, dan Asisten Deputi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Kewirausahaan Kemenko Perekonomian, Chairul Saleh.
Selaku pejabat daerah, Sugiri menyambut baik atas majunya perkembangan program DSA milik Astra di Ponorogo.
Tentu dengan adanya ekspor perdana rempah ke India, ini bisa menjadi potensi kuat bagi perekonomian di wilayahnya.
Sugiro menambahkan, rempah hasil budidaya petani Ponorogo memang di atas rata-rata.
Ditambah kualitas tanah yang cocok untuk tanaman rempah membuat kualitasnya termasuk paling terbaik.
"Kualitas rempah kita ini memang di atas rata-rata, karena tanahnya memang cocok sekali, rasanya bagus, sehingga kualitasnya top," ucap Sugiro.
Sementara itu, Chairul Saleh menyebut bahwa pemerintah memberi perhatian besar dengan berbagai capaian peningkatan kesejahteraan di wilayah pedesaan.
Untuk itu pemerintah mendorong upaya peningkatan taraf hidup melalui program pemberdayaan ekonomi melibatkan sektor terkait.
Adapun salah satu upaya adalah dengan melakukan berbagai bentuk program kolaborasi.
Mulai dari pendampingan maupun pelatihan.
"Utamanya untuk komoditas unggulan yang berotientasi dan berpotensi ekspor," ujar Chairul.
Terkait ekspor dilakukan DSA Ponorogo, pihaknya menegaskan bahwa hasil ini memang mendorong memperkuat bahwa rempah Indonesia masih menjadi yang terbaik.
Bahkan sejarah pun mencatat bahwa kolonial datang ke Indonesia untuk mengincar rempah.
"Indonesia merupakan negara yang kaya rempah-rempah sejak ratusan tahun lalu. Bahkan kolonial pun datang, dari Portugis hingga Belanda, karena potensi kekayaan rempah-rempah negara kita," dia mengungkapkan.
Indonesia Peringkat ke-9 Pemasok Rempah
Indonesia saat ini berada di peringkat ke-9 negara pemasok rempah-rempah dengan nilai ekspor mencapai US$ 1,03 miliar atau sekitar Rp 14,6 triliun.
Untuk itu, pemerintah menargetkan ekspor rempah-rempah tumbuh US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28 triliun di 2024.
Sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menurunkan angka kemiskinan di Indonesia, Astra menginisiasi program kontribusi sosial berkelanjutan yang salah satunya melalui flagship program Desa Sejahtera Astra (DSA).
Hingga saat ini, terdapat 930 Desa di 142 Kabupaten dan 34 Provinsi di Indonesia.
Program DSA telah melibatkan banyak pihak, diantaranya expertise, akademisi, start up, komunitas masyarakat, serta tentunya dukungan dari pemerintah.
Astra terus melanjutkan pengembangan produk unggulan DSA yang siap ekspor melalui beberapa klaster yaitu, klaster kopi, klaster agrikultur dan olahan, klaster kelautan dan perikanan, klaster wisata kriya dan budaya.
Sejak 2019 hingga Januari 2022, melalui sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, Astra telah mendukung terciptanya eskpor 86 jenis produk unggulan dari 207 DSA dengan total nilai transaksi sebesar Rp 8,17 miliar. [gun]