WahanaNews.co, Jakarta - PT PLN (Persero) melalui PLN Indonesia Power Renewables melakukan penandatanganan shareholders agreement joint venture bersama Trina Solar, Sinar Mas dan Agra Surya Energi sebagai milestone masuknya PLN ke dalam industri manufaktur energi baru terbarukan (EBT).
Penandatanganan kepemilikan sebagian saham ini dilakukan pada Rabu, (11/10) di Hotel Grand Hyatt Jakarta oleh PLN Indonesia Power Renewables ini dilakukan pada Rabu, (11/10) di Hotel Grand Hyatt Jakarta.
Baca Juga:
Sepanjang 2024, Co-Firing Biomassa di PLTU PLN Hasilkan 1,67 Juta MWh Listrik Hijau
Perusahaan gabungan antara PLN Indonesia Power Renewables dengan PT Trina Daya Agra Energy (TDAE) ini nantinya akan memproduksi sel dan panel surya. Di mana TDAE adalah gabungan Trina Solar Co. Ltd. dan joint venture antara PT Dian Swastatika Sentosa dan PT Agra Surya Energy. Saat ini, pembangunan Pabrik Sel dan Panel Surya terbesar di Indonesia tengah dilakukan di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan rasa bangga dan apresiasinya atas kolaborasi tersebut. Dirinya pun berharap kolaborasi yang kuat ini sebagai kunci utama upaya menyelamatkan bumi dari perubahan iklim.
Ket foto: Penandatanganan shareholders agreement ini adalah tonggak dimulainya upaya sinergis menuju karbon netral di masa depan melalui pengembangan industri EBT di Indonesia. Kiri ke kanan: Franky Oesman Widjaja (Board Member Sinar Mas Group), Gao Jifan (CEO Trina Solar), Taufiek Bawazier (Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian), Zhang Yanfei (Director PT Trina Mas Agra Indonesia), Lokita Prasetya (Vice President Director DSS), Darmawan Prasodjo (Direktur Utama PLN), Ooi Kok Tiong (President Director PT Trina Mas Agra Indonesia), Edwin Nugraha Putra (Direktur Utama PLN Indonesia Power), dan Harvey Tjokro (President Director PT Agra Surya Energi). [WahanaNews.co/PLN]
Baca Juga:
Tarif Listrik Februari 2025 Tetap, Cek Daftarnya di Sini!
”Hari ini adalah hari yang bersejarah, Saya sangat mengapresiasi dan bangga atas terjalinnya kolaborasi ini. Untuk melakukan transisi energi kami tidak bisa sendiri, dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak baik dari sisi kebijakan, teknologi, inovasi, dan investasi, karena masalah iklim merupakan permasalahan global,” ujar Darmawan sambutannya Rabu, (11/10).
Darmawan menjelaskan, pihaknya akan memberikan upaya terbaiknya dalam perusahaan joint venture tersebut. Hal ini sejalan dengan potensi energi surya di Indonesia yang sangat besar mencapai 207 Gigawatt (GW).
”Dengan cara seperti ini kolaborasi akan berlangsung jangka panjang dalam upaya mengembangkan industri EBT dalam negeri. Hal ini juga akan mampu meningkatkan perekonomian Indonesia, sekaligus membangun kapasitas nasional,” lanjut Darmawan.