WahanaNews.co | Kerjasama PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) disambut hangat petani lantaran bisa mengenjot produksi panennya. Dalam panen perdana yang digelar akhir Agustus lalu diketahui bahwa kerja sama demonstration plot (demplot) mampu meningkatkan produksi padi sedikitnya 8,25% dibanding sebelumnya.
Demplot merupakan metode penyuluhan pertanian kepada petani, dengan cara membuat lahan percontohan agar petani dapat melihat dan membuktikan terhadap obyek yang didemontrasikan.
Baca Juga:
Polda Kalsel Berhasil Selamatkan 463.299 Petani dari Peredaran Pupuk Ilegal
Di Kota Santri tersebut, PT WPI telah memulai debut kerjasama demplotnya dengan petani seluas 17 hektare (ha) yang tersebar di Kecamatan Kramatwatu, Pontang, Lebakwangi, dan Kasemen.
Ketua Kelompok Tani Maju I Desa Cigelam, Kecamatan Ciruas, Serang Muhammad Supi merasa puas dengan hasil panen demplotnya karena produksi naik menjadi 6 ton per ha dari sebelumnya 4-5 ton per ha.
Peningkatan tersebut dinilai sangat membantu petani meningkatkan produktivitasnya dan solusi terhadap keterbatasan luas lahan. Saat ini, Supi menggarap 4 ha lahan, yang sebagian diantaranya merupakan lahan sewaan.
Baca Juga:
Kekeringan Ancam Panen Padi di Labura, Petani Terancam Rugi
“Syukur Alhamdulillah produksi saya meningkat dibanding (yang belum ikut program demplot),” tutur Supi seperti dikutip dari siaran pers Wilmar, Minggu (4/9).
Dia berharap kerja sama dengan PT WPI tidak berhenti pada demplot tetapi berlanjut menjadi mitra pemasok agar dapat menjual hasil panennya secara langsung. Sebab, selama ini petani masih tergantung kepada perantara (broker) sehingga harga jualnya seringkali kurang memuaskan.
Pada kesempatan itu, Gojali, ketua Kelompok Tani Raharja Desa Suju, Serang menjelaskan,pihaknya antusias bergabung menjadi mitra demplot karena ingin menambah pengalaman memanfaatkan pupuk non-subsidi dalam peningkatan produktivitas.
Saat ini, demplot kelompok taninya belum memasuki masa panen sehingga masih menunggu hasilnya. “Kami ingin mengetahui bagaimana hasil pupuk non-subsidi dengan pupuk subsidi. Kalau memang lebih baik, kami tidak masalah menggunakan yang nonsubsidi,” ujar dia.
Saat ini Gojali mengelola lahan seluas 5 ha. Umumnya, dia mampu menghasilkan 6-8 ton per ha setiap panen. Dia berharap, dapat meningkatkan produktivitasnya.
Dalam mendampingi petani, perusahaan menggandeng PT Wilmar Chemical Indonesia yang memproduksi Pupuk Mahkota, untuk mensuplai kebutuhan petani selama pendampingan.
Ke depan, selain Pupuk Mahkota, PT WPI akan menggandeng PT Syngenta sehingga peningkatan produksi diperkirakan naik hingga 15%.
Menurut Rice Business Head PT Wilmar Padi Indonesia, Saronto, kerjasama itu dimaksudkan membantu petani mendongkrak produktivitas dan pendapatannya.
Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah ikut berkontribusi dalam program ketahanan pangan nasional. Pihaknya menargetkan akan melaksanakan tanam serentak seluas 500 ha pada musim panen selanjutnya.
“Pada musim tanam selanjutnya mungkin tidak demplot lagi tapi langsung (tanam serentak) 500 ha,” kata Saronto.
Dalam kerjasama itu, perusahaan memberikan benih, pupuk, dan pestisida. Petani diperbolehkan membayar biayanya setelah panen (yarnen). Sedangkan penanaman dilakukan di lahan milik petani. [qnt]