WahanaNews.co | Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) yang juga pernah menjabat sebagai wakil menteri ESDM, Arcandra Tahar memproyeksikan, harga komoditas batubara tetap tinggi di 2022. Yakni, di atas USD 70 per ton.
"Kenapa di atas USD 70 per ton? Secara kebutuhan ternyata tahun ini lebih tinggi daripada pra-pandemi," katanya dalam acara PGN Energy Outlook 2022, Jakarta, Rabu (12/1).
Baca Juga:
Kementerian ESDM Ungkap RI Simpan Bahan Baku Nuklir, di Sini Lokasinya
Arcandra mencontohkan, salah satunya adalah pasar PLTU baru ke China yang terus tumbuh. Khususnya selama lima tahun mendatang.
"Terutama di tahun 2020 dan lima tahun yang akan datang itu tinggi sekali," bebernya.
Selain itu, kemampuan produksi sejumlah negara produsen batubara juga masih terbatas. Akibatnya, stok batubara yang ada belum memenuhi permintaan negara konsumen.
Baca Juga:
Israel Tutup Semua Kedutaan di Dunia Usai Serang Fasilitas Nuklir Iran
"Jadi, kita lihat tergantung bagaimana negara produsen meningkatkan produksi secara cepat agar kebutuhan batubara terpenuhi," ucapnya.
Faktor lainnya, adalah keributan antara China dan Australia terkait batubara juga mengakibatkan distribusi terganggu. Hal ini diperparah dengan penyebaran varian Omicron di berbagai negara.
"Itu sebabnya harga batu bara tetap tinggi dan diperkirakan di atas USD 70 per ton," tandasnya.