WahanaNews.co, New Delhi -Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di New Delhi, India telah selesai dilaksanakan pada 9–10 September 2023. Sebagai Troika, Indonesia memiliki peran untuk terus memastikan kelanjutan pembahasan inisiatif Indonesia dalam forum G20.
Lebih lanjut, prioritas Indonesia pada Presidensi India yakni untuk memastikan komitmen KTT G20 Bali dapat terus diimplementasikan, khususnya di sektor Arsitektur Kesehatan Global, Transformasi Ekonomi Digital, dan Transisi Energi.
Baca Juga:
Menko Airlangga Teken Kerja Sama Blue Economy Indonesia-RRT, Disaksikan Presiden Prabowo dan Presiden Xi Jinping
Prioritas di bidang transformasi ekonomi digital berkaitan dengan keamanan siber dan regulasi terkait Artificial Intellegent. Sedangkan dalam prioritas transisi energi juga dibahas mengenai hilirisasi industri manufaktur secara berkelanjutan dan upaya dalam mendorong low carbon economy.
“Seluruh negara sudah satu arah bahwa ke depan transformasi digital ini sesuatu yang harus dikawal apalagi kecepatan dari digital termasuk AI lebih cepat dari para regulator sehingga ini penting untuk mitigasi risikonya,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam sesi wawancara internal usai mendampingi Presiden Joko Widodo pada KTT G20 New Delhi, Minggu (10/09).
Menko Airlangga juga menegaskan kembali pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa Indonesia memiliki posisi sebagai negara yang netral, tidak berada pada dikotomi utara-selatan atau timur-barat, melainkan sesuai dengan tema Presidensi G20 New Delhi yakni “One Earth, One Family, One Future”. Dengan kebersamaan tersebut, diharapkan ekonomi akan lebih berkeadilan dan seluruh pihak memiliki akses yang sama terhadap sumber daya.
Baca Juga:
Pemerintah Komitmen Jaga Kelangsungan Industri Tekstil Dalam Negeri
Pada hari pertama KTT G20 New Delhi, Sabtu (9/09), Presiden Joko Widodo juga menyampaikan bahwa terdapat 3 kunci pembangunan dunia, yakni stabilitas, solidaritas, dan kesetaraan.
Pertumbuhan dunia perlu didukung dengan stabilitas melalui semangat untuk terus mendorong kebiasaan dialog dan kerja sama. Forum G20 harus mampu mendukung penguatan partisipasi negara berkembang dalam rantai pasok global. Kerja sama harus memperhatikan prinsip setara, inklusif, dan adil untuk pemenuhan hak pembangunan bagi semua.
Selanjutnya terkait substansi, Menko Airlangga menyampaikan sejumlah kesepakatan dalam Deklarasi New Delhi yang turut berdampak bagi Indonesia seperti dukungan dalam mengatasi deforestasi yang juga berfokus terhadap pemanfaatan aset secara berkelanjutan terutama bagi masyarakat yang bergantung pada wilayah kehutanan, menghindari penerapan green economic policy yang bersifat diskriminatif di sektor kehutanan, komitmen berbagai lembaga yang didorong “from billions to trillions of dollars”, dukungan cost of fund yang sama bagi pembiayaan untuk List Develop Countries (LDC) dan Advanced Economies, serta peran biofuels dalam strategi pembangunan emisi rendah.
”Pemerintah Indonesia berharap seluruh fund yang disiapkan supaya commit, salah satu yang memberikan commit ada Amerika terhadap World Bank,” pungkas Menko Airlangga.
”Deklarasi Pemimpin G20 New Delhi atau New Delhi G20 Leaders’ Declaration telah mencapai konsensus dan diadopsi oleh negara G20. Anggota G20 telah mencapai kesepakatan terhadap paragraf terkait kondisi geopolitik global yang merupakan isu paling akhir dalam memperoleh kesepakatan para anggota,” tambah Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Haryo Limanseto dalam keterangannya pada Selasa (12/09). Demikian dilansir dari laman ekongoid, Selasa (12/9).
[Redaktur: JP Sianturi]