WahanaNews.co | Guna mengoptimalkan bauran energi baru terbarukan (EBT) dari 12,56% di 2021 menjadi 23% di 2025, PLN (Persero) melalui anak usahanya, PT Indonesia Power, menyiapkan rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di wilayah bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling di wilayah Bandung Barat, Jawa Barat.
"Tunggu saja, nanti di Saguling ada solar panel yang floating. Jadi ketika siang hari saat musim kemarau, jaringan di sini bisa dimanfaatkan untuk diisi dari solar panel yang di-floating. Saguling ini menunggu waktu saja seperti PLTS Cirata dan yang lainnya," kata Direktur Utama Indonesia Power M. Ahsin Sidqi di acara media gatheringIndonesia Power di PLTA Saguling, Bandung Barat, Kamis (11/11/2021).
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Ahsin melihat pembangunan PLTS Saguling juga punya potensi yang besar seperti PLTS Cirata yang memiliki kapasitas 150 MW. "Tidak hanya Saguling, di PLTA lain yang ada waduknya juga punya potensi besar untuk dibangun solar panel yang floating," kata Ahsin.
Di Saguling sendiri saat ini telah beroperasi PLTA Power Generation and O&M Services Unit (POMU) berkapasitas 844 Mega Watt (MW) yang berkontribusi sebesar 2,7% dari sistem Jawa-Bali yang memiliki total kapasitas 27.700 MW.
Tiga fungsi utama yang diemban PLTA Saguling POMU antara lain sebagai baseload, stabilizer, serta mengurangi emisi karena menggunakan EBT. Listrik ramah lingkungan dari PLTA Saguling disalurkan melalui Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) Saguling dan diinterkonesikan ke jaringan se-Jawa dan Bali melalui Saluran Utama Tegangan Extra Tinggi (SUTET) 500 kilo Volt (kV).
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
"Fungsinya selain sebagai tambahan untuk menyuplai listrik di Jawa Bali, juga mengamankan Jawa Bali apabila terjadi gangguan listrik," ujar Ahsin.
Saat terjadi kendala listrik, Ahsin memaparkan, PLTA yang memasok kebutuhan Cibinong, Cirata dan Bandung Selatan tersebut akan dialihkan ke jaringan Jawa dan Bali. Selain itu, PLTA Saguling POMU juga berfungsi sebagai pengatur frekuensi sistem dengan menerapkan load frequency control (LFC).
"Ketika terjadi gangguan, PLTA Saguling masih dapat dioperasikan sebagai black start sekaligus berperan menjadi pengisian tegangan untuk menopang pembangkit listrik PLTU Suralaya," ucap Ahsin. [qnt]