WahanaNews.co, Jakarta - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengundang para investor asing untuk menanamkan modalnya di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia yang semakin inklusif dan berkelanjutan.
Pertemuan yang dipimpin oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno berlangsung pada rountable session: invest in Wonderful Indonesia, International Tourism Invesment Forum (ITIF) 2024, di Swissôtel PIK Avenue, Jakarta, Kamis (6/6/2024).
Baca Juga:
HLF-MSP dan IAF 2024: Indonesia Tekankan Kemitraan Mencapai SDGs
Sandiaga menyampaikan, Indonesia memiliki misi 2045 yang fokus pada ekonomi biru, ekonomi hijau, ekonomi sirkuler, ekonomi berkelanjutan. Menparekraf meyakini bahwa pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi salah satu bidang investasi yang memiliki prospek yang signifikan.
“Tahun lalu kami mencapai 11,68 juta kedatangan wisatawan internasional, 35 persen lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah sebelum pandemi. Namun dalam hal pendapatan, sektor pariwisata telah mencapai 40 hingga 45 persen lebih tinggi dari target,” kata Sandiaga.
Hal tersebut juga menjadi indikator bahwa implementasi pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan membawa Indonesia mendapat pengakuan internasional. Indeks kinerja pariwisata Indonesia kembali melesat naik 10 peringkat, dari ranking 32 menjadi peringkat 22 dunia.
Baca Juga:
Kemenparekraf Gelar Uji Petik PMK3I Tentukan Subsektor Ekraf Unggulan Kota Pontianak
“Jadi kami yakin kuncinya adalah meningkatkan investasi dan kami memerlukan lebih banyak investasi di sektor pariwisata,” kata Sandi.
Dikatakan Menparekraf, Indonesia terus berupaya menawarkan berbagai kemudahan berwisata dengan pemberian visa on arrival, smart gate system di area imigrasi, hingga memperkenalkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan 5 destinasi pariwisata super prioritas (DPSP).
Executive Director, UN Tourism, Natalia Bayona memberikan pandangan bahwa investasi dapat dipengaruhi oleh faktor geopolitik dunia dan bahkan political election. Karenanya dibutuhkan lebih banyak kolaborasi antara pemerintah dan pihak swasta. Namun, komponen investasi sektor pariwisata tidak hanya terletak pada pembangunan hotel ataupun restoran.
“Kita perlu lebih banyak kehadiran profesional, lebih banyak talenta andal, kita perlu lebih banyak menciptakan lapangan kerja. Jadi investing terhadap people sangat krusial untuk menciptakan lapangan kerja yang bisa kita dukung,” kata Natalia.
Begitupun dengan investasi berkaitan dengan planet, dimana seluruh pihak harus terlibat untuk menjaga keberlanjutan lingkungan, salah satunya melalui pariwisata berbasis komunitas.
“Dan ketika kita berbicara mengenai prosperity kami membutuhkan pengembangan start up, bagaimana kita mampu meningkatkan pelaku UMKM yang dapat menjadi backbone sektor pariwisata. Dan tentunya adaptasi dengan digitalisasi salah satunya yang paling powerful adalah teknologi kecerdasan buatan,” tandas Natali. Demikian dilansir dari laman kemenparekrafgoid, Sabtu (8/6).
[Redaktur: Alpredo Gultom]