Menurutnya, Malaysia menjadi negara yang ketiban 'durian runtuh' dari pesatnya kemajuan sektor ritel. Budi mengatakan mal dan pusat perbelanjaan Negeri Jiran itu ramai dikunjungi orang-orang Indonesia.
Budi menghitung setiap orang kaya yang ke luar negeri belanja sekitar US$20 ribu alias Rp328 juta (asumsi kurs Rp16.402 per dolar AS). Ia memperkirakan kelompok tier I itu rutin ke Malaysia sekitar tiga bulan sekali.
Baca Juga:
Prabowo Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 8 Persen
"Filipina (dan) Vietnam juga ramai sekarang. Banyak orang Indonesia jalan-jalan (ke luar negeri), paling banyak ke Malaysia," tandasnya.
Di tempat berbeda, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja juga mengamini hal tersebut. Ia mengatakan konsumen kalangan atas punya keleluasaan dalam memilih lokasi belanja.
Sayang, produk yang dicari orang-orang kaya minim tersedia di Indonesia. Ini yang membuat mereka akhirnya memilih pergi ke luar negeri.
Baca Juga:
Wamenkeu Thomas: Ekonomi Indonesia dalam Kondisi Baik karena Peran APBN
"Sejak tahun lalu (2024), produk ataupun barang kelas atas apalagi kelas mewah ketersediaannya di Indonesia semakin terbatas, baik dalam hal jumlah maupun variasinya," jelas Alphonzus saat dikonfirmasi.
"(Keterbatasan stok barang kelas atas) akibat pemerintah memberlakukan pembatasan impor. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang mendorong belanja di luar negeri," tambahnya.
Sementara itu, data soal 10 juta orang terkaya Indonesia yang kabur belanja ke luar negeri diungkap oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Padahal, ia mengaku pemerintah telah membuat sejumlah program untuk meningkatkan daya beli masyarakat.