WAHANANEWS.CO, JAKARTA - Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah mengungkapkan sejumlah penyebab 10 juta orang kaya di Indonesia memilih berbelanja di luar negeri. Diantaranya adalah fasilitas kesehatan di Indonesia.
Budi menyebutkan jika banyak orang kaya di Indonesia kerap shopping di luar negeri saat tengah menjalani pengobatan.
Baca Juga:
Prabowo Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 8 Persen
"(Hippindo meminta) kemudahan impor untuk produk-produk yang dicari oleh 10 juta orang itu. Kenapa belanja ke luar karena barangnya di Indonesia gak ada. (Misalnya) rumah sakit, orang berobat ke luar negeri itu banyak," ujar Budi dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (16/1/2025).
"Sekarang pemerintah gencar mempermudah izin, baik dokter maupun rumah sakit luar negeri agar orang Indonesia tidak berobat di luar. Karena pada saat berobat (di luar negeri), sudah pasti belanja. Pada saat mereka berobat di Malaysia, ujung-ujungnya (belanja) makan, oleh-oleh, devisa kita ke luar," bebernya.
Selain itu, Hippindo juga membocorkan daftar barang yang sering dibeli 10 juta orang kaya RI di luar negeri. Barang-barang tersebut diketahui tidak ada di dalam negeri. Pada akhirnya, kelompok tier I itu lebih memilih shopping di negara orang.
Baca Juga:
Wamenkeu Thomas: Ekonomi Indonesia dalam Kondisi Baik karena Peran APBN
"Barang-barang branded, seperti tas, sepatu, jam, celana," ungkap Budi.
"Itu kan (barang branded) di Indonesia pajaknya mahal, otomatis mereka belanja ke luar dan dipakai langsung. Sudah dipakai kan gak diminta pajak, misalnya dia beli jam langsung dipakai, pulang ke Indonesia gak mungkin diminta (pajak dan bea masuk)," katanya.
Budi menegaskan untuk mengatasi masalah itu pemerintah tidak cukup menebar diskon belanja. Terlebih, ada momen-momen khusus kapan 10 juta orang terkaya di Indonesia itu melancong ke luar negeri.
Menurutnya, Malaysia menjadi negara yang ketiban 'durian runtuh' dari pesatnya kemajuan sektor ritel. Budi mengatakan mal dan pusat perbelanjaan Negeri Jiran itu ramai dikunjungi orang-orang Indonesia.
Budi menghitung setiap orang kaya yang ke luar negeri belanja sekitar US$20 ribu alias Rp328 juta (asumsi kurs Rp16.402 per dolar AS). Ia memperkirakan kelompok tier I itu rutin ke Malaysia sekitar tiga bulan sekali.
"Filipina (dan) Vietnam juga ramai sekarang. Banyak orang Indonesia jalan-jalan (ke luar negeri), paling banyak ke Malaysia," tandasnya.
Di tempat berbeda, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja juga mengamini hal tersebut. Ia mengatakan konsumen kalangan atas punya keleluasaan dalam memilih lokasi belanja.
Sayang, produk yang dicari orang-orang kaya minim tersedia di Indonesia. Ini yang membuat mereka akhirnya memilih pergi ke luar negeri.
"Sejak tahun lalu (2024), produk ataupun barang kelas atas apalagi kelas mewah ketersediaannya di Indonesia semakin terbatas, baik dalam hal jumlah maupun variasinya," jelas Alphonzus saat dikonfirmasi.
"(Keterbatasan stok barang kelas atas) akibat pemerintah memberlakukan pembatasan impor. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang mendorong belanja di luar negeri," tambahnya.
Sementara itu, data soal 10 juta orang terkaya Indonesia yang kabur belanja ke luar negeri diungkap oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Padahal, ia mengaku pemerintah telah membuat sejumlah program untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Ada Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas), Belanja di Indonesia Aja (BINA), dan Every Purchase is Cheap. Meski diklaim sukses mendatangkan cuan Rp71 triliun, Airlangga menyebut masih ada masalah yang belum selesai.
"Persoalan kita cuma satu, yaitu di tier satu, yang paling atas, yang 10 juta orang itu (orang kaya) belanjanya tidak di Indonesia," ungkapnya dalam BNI Investor Daily Round Table di Hotel Mulia Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2025).
"Nah, ini yang price sensitive terhadap produk yang tersedia. Dan juga terhadap assortment, jenis jumlah barang. Ini (10 juta orang kaya Indonesia) kebanyakan mereka belanjanya tidak di Indonesia, padahal itu daya beli yang kuat. Nah, itu yang sebetulnya kita perlu tarik juga ke sini," imbuh Airlangga.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]