WahanaNews.co | Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah gencar mengkampanyekan program Cerita Protokol CHSE Event (Cerpen).
Sub Koordinator Strategi Event Daerah Kemenparekraf, Vicky Apriansyah, mengatakan, kampanye program Cerpen dirancang untuk mendorong pariwisata dan industri kreatif, sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat, dengan mengadopsi protokol kenormalan baru di tengah pandemi Covid-19.
Baca Juga:
HLF-MSP dan IAF 2024: Indonesia Tekankan Kemitraan Mencapai SDGs
"Protokol CHSE Kemenparekraf sendiri memberikan panduan mengenai tiga aspek penyelenggaraan acara, yaitu sebelum (pre), selama (during), dan setelah (post) acara, yang mencakup penerapan protokol kesehatan 3M. Ketiga aspek tersebut wajib diikuti oleh penyelenggara, penonton, maupun pengisi acara," kata Vicky,di acara sosialisasi program Cerpen, di Hotel Sheraton, Senggigi, Lombok Barat, Kamis (10/11/2021).
Vicky menjelaskan, terkait persiapan gelaran event internasional World Superbike (WSBK) 2021 dan MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika, juga dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, sesuai dengan sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan Environment Sustainability). "Kalau kami melihat sejauh ini kesiapan penerapan CHSE sudah mencapai 80%,” jelasnya.
Viky menambahkan, sebelum gelaran event internasional berlangsung dipastikan daerah sudah sangat siap. Salah satunya, terkait penyelenggara event. Pasalnya, penerapan protokol kesehatan harus dijaga agar masyarakat tidak lengah.
Baca Juga:
Kemenparekraf Gelar Uji Petik PMK3I Tentukan Subsektor Ekraf Unggulan Kota Pontianak
"Harapan kami, seluruh event tentunya bisa terselenggara kembali dan membangkitkan pariwisata di Lombok, NTB. Tentunya, dengan penerapan protokol CHSE yang ketat. Perlu kerja sama untuk sukseskan penerapan CHSE. Pada masa pandemi ini pelaku pariwisata selain menerapkan CHSE juga harus adaptif, kreatif-inovatif, dan kolaboratif," tandasnya.
Sementara itu Chief Executive Officer Gudang Mahakarya Indonesia Penyelenggaran Festival Bau Nyale Chandra Yudistira mengatakan penyelenggaran event sebelum dan sesudah pandemi jauh berbeda.
"Sebelum pandemi berbagai event membutuhkan sebanyak mungkin yang datang. Sedangkan selama pandemi, membuat event tetapi dibatasi. Kalau dari sisi kemasan event lebih enak dan praktis karena hanya mengontrol jumlah yang sudah pasti di sebuah event,” ujarnya.