WahanaNews.co | Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan Badische Anilin- und SodaFabrik (BASF), produsen kimia terbesar asal Jerman ingin berinvestasi membangun pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia.
Menurut Bahlil lokasi di Indonesia yang dibidik untuk pendirian pabrik tersebut ada di Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Baca Juga:
Pabrik Narkotika di Rumah Mewah Kota Serang Digerebek, BNN Buru Pelaku Utama
Minat ini, sambung Bahlil, didapat saat bertemu BASF di tengah kunjungan kerja ke Frankfurt, Jerman belum lama ini. Minat ini pun langsung disambut oleh Bahlil. Bahkan, ia berjanji akan membantu BASF dalam merealisasikan rencananya itu.
"Kami akan dukung penuh rencana investasi BASF ini. Terkait perizinan dan insentif investasi, kami yang akan urus. Kita akan kawal terus sampai beres," kata Bahlil dalam keterangan resmi, Sabtu (9/10).
Rencananya, BASF ingin masuk ke Indonesia melalui kerja sama dengan Eramet, perusahaan pertambangan asal Prancis. Nantinya, mereka akan membangun fasilitas pemurnian alias smelter nikel dan kobalt yang merupakan bahan baku baterai listrik.
Baca Juga:
Mengenal Kwa Wan Hong Sosok Dibalik Hadirnya Pabrik Es Batu Pertama Kali di Indonesia
Proyek tersebut mencakup pembangunan pabrik High-Pressure Acid Leaching (HPAL) dan Base Metal Refinery (BMR). Namun, Bahlil meminta BASF tidak hanya sekadar membangun pabrik dan smelter nikel, tapi juga memproses bahan tersebut hingga benar-benar menjadi baterai listrik.
Kendati begitu, belum ada penjelasan soal angka investasi yang bakal masuk ke tanah air. Sejauh ini, rencana perusahaan baru menargetkan kapasitas produksi, yaitu sekitar 42 ribu metrik ton nikel per tahun dan 5.000 metrik ton kobalt per tahun.
Sementara Anggota Board of Executive Director BASF Markus Kamieth mengapresiasi sambutan dari Bahlil. Ia berharap pemerintah dapat pula mendukung kawasan industri independen tersebut dengan pasokan listrik yang memadai dan berasal dari energi terbarukan.