WahanaNews.co | Dalam rangka mewujudkan target Indonesia Nol Emisi (Net Zero Emmission), Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta PT PLN (Persero) dan Pertamina untuk tidak menunda transisi energi.
"Kita tahu bahwa transisi energi ini memang tidak bisa ditunda-tunda. Oleh sebab itu perencanaannya, grand design-nya itu harus mulai disiapkan," kata Jokowi dalam pengarahan kepada Komisaris dan Direksi Pertamina dan PLN, Selasa (16/11), yang diunggah di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (20/11).
Baca Juga:
PLN Kembali Raih Best Green Loan Internasional atas Akselerasi Transisi Energi
Menurutnya, hal tersebut mesti dilakukan karena suatu saat penggunaan energi fosil akan dihentikan. Sementara, PLN masih menggunakan energi batu bara dalam jumlah sangat besar.
Kondisi ini, lanjut Jokowi, bisa membuat posisi bisnis Pertamina terancam. Sebab, minyak dan gas mau tidak mau akan terkena imbas akibat penggunaan mobil listrik yang dipastikan akan segera dimulai di Eropa dan negara-negara lainnya.
Untuk menghadapi kenyataan itu, ia menilai PLN dan Pertamina wajib memiliki target yang jelas dan terukur.
Baca Juga:
Dorong Transisi Energi, PLN: Teknologi Mempunyai Peran Penting
"Tahun depan kita [target] apa, tahun depannya lagi akan apa, lima tahun yang akan datang apa. Sepuluh tahun yang akan datang akan stop, misalnya. Sudah harus konkret, jelas dan detail," kata Jokowi.
"Bukan hanya makronya, tetapi detail rencana itu ada. di Pertamina ada di PLN juga ada," imbuhnya.
Lebih lanjut, Jokowi juga meminta kedua perusahaan pelat merah tersebut untuk memanfaatkan waktu yang masih ada untuk untuk memperkuat fondasi menuju ke transisi tadi.
Sebelumnya, Indonesia dan 22 negara lainnya berkomitmen menghentikan penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap dan memulai transisi ke energi ramah lingkungan.
Komitmen itu disampaikan Indonesia setelah menandatangani pernyataan bersama 'Transisi Energi Listrik Global Ke Energi Bersih' dalam KTT PBB soal perubahan iklim COP 26, Kamis (4/11) lalu.
"Kami, yang bertandatangan di bawah ini, sadar bahwa pembangkit listrik tenaga batu bara adalah penyebab tunggal terbesar dari kenaikan suhu Bumi, kami juga mengakui pentingnya meningkatkan penggunaan energi bersih untuk mempercepat transisi energi," bunyi kutipan deklarasi bersama COP26.
"Kami berkomitmen untuk secara cepat meningkatkan teknologi dan kebijakan dalam dekade ini untuk mencapai transisi dari pembangkit listrik batu bara pada 2030-an bagi negara besar (atau sesegera mungkin) dan pada 2040-an (atau sesegera mungkin) bagi negara berkembang dan lainnya secara konsisten dengan target iklim Perjanjian Paris."
Dalam deklarasi itu, 23 negara tersebut juga sepakat akan berhenti memberi izin dan modal pembangunan proyek pembangkit listrik batu bara baru, meski tanpa mengurangi pembangkit listrik yang dimiliki sebelumnya. [rin]