WahanaNews.co, Jakarta - Industri logam dasar tercatat sebagai salah satu subsektor manufaktur yang menunjukkan kinerja yang baik, meskipun terjadi perlambatan ekonomi global, menurut Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Di sisi lain, sektor manufaktur nasional semakin yakin untuk mengembangkan pangsa pasar ekspornya di tingkat internasional.
Baca Juga:
Pria Pelatih Futsal di Bekasi Cabuli 3 Anak, Pelaku Langsung Ditangkap Polisi
Doddy Rahadi, Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kementerian Perindustrian, menyatakan bahwa industri logam dasar memiliki peran krusial sebagai "mother of industry," yang secara signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Pada triwulan III tahun 2023, industri logam dasar bahkan mencatat pertumbuhan dua digit sebesar 10,86 persen (YoY), melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 4,94 persen, serta kinerja industri pengolahan nonmigas yang tumbuh pada angka 5,02 persen.
"Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas, khususnya sektor logam dasar ditopang oleh tingginya demand, di mana performa positif dari sektor industri logam dasar tersebut didukung oleh peningkatan permintaan pasar khususnya ekspor," papar Doddy.
Baca Juga:
Menteri AHY Ungkap 2 Kasus Mafia Tanah di Jabar Rugikan Negara Rp3,6 triliun
Doddy menambahkan, Kemenperin memberikan apresiasi kepada komitmen GRP yang gencar menembus pasar ekspor.
Pada awal 2024 perusahaan ini melakukan pelepasan ekspor baja struktur sebanyak 1500 Metric Tons (MT) ke Kanada, dengan nilai sekitar US$ 2 juta atau sekitar Rp 31 miliar (kurs Rp 15.500).
"Pada Maret 2022 lalu, GRP melakukan ekspor baja struktur sejumlah 700 MT atau senilai US$ 1 juta ke Arizona, Amerika Serikat. Sebelumnya pada September 2020, GRP juga melakukan ekspor perdana baja struktur ke Vancouver, Kanada sebanyak 4.600 ton atau senilai US$ 4,7 juta, padahal saat itu di tengah krisis dampak pandemi Covid-19," ungkap Doddy.