WahanaNews.co, Kairo - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo dan Malaysia External Trade
Depelopment Corporation (Matrade) Kairo mengadakan pertemuan bilateral membahas investasi
kedua negara di Mesir dan upaya peningkatan volume ekspor kedua negara ke negeri Piramida tersebut.
Pertemuan yang berlangsung di KBRI Kairo, Mesir pada Minggu, (10/3) tersebut merupakan upaya penjajakan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-Mesir (ASEAN-Egypt Free Trade Agreement/AEFTA).
Baca Juga:
Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kemendag: Pada 2025, Ekspor Perlu Tumbuh 7-10 Persen
Turut hadir Atase Perdagangan (Atdag) KBRI Kairo M. Syahran Bhakti S, Koordinator Fungsi Ekonomi
KBRI Kairo Tennike, Trade Commissioner of Malaysia Raphy Md Radzi, dan Senior Marketing
Manager Kantor Perdagangan Kedutaan Besar Malaysia di Mesir Ghada Fayek. Kehadiran beberapa
tokoh penting tersebut sekaligus mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Malaysia.
“Kami menyambut baik kehadiran Matrade untuk membahas penjajakan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-Mesir. Mesir adalah mitra bisnis strategis dan saudara tua bagi Indonesia dan Malaysia. Produk-produk Indonesia dan Malaysia merupakan produk penunjang industri bagi Mesir, bukan sekadar produk pesaing,” ungkap Atdag KBRI Kairo M. Syahran Bhakti S.
Syahran menekankan, pentingnya optimisme dalam berbisnis dengan Mesir. Peningkatan kerja sama ASEAN dengan Mesir sangatlah penting, terutama kerja sama di bidang perdagangan dan investasi. Indonesia-Malaysia juga perlu melakukan pendekatan agar penggunaan mata uang lokal Indonesia dan Malaysia dalam transaksi perdagangan dengan Mesir dapat diangkat dalam pembahasan di Bank Sentral Mesir.
Baca Juga:
Cumi Beku dan Produk Rumput Laut Indonesia Jadi Primadona di Pameran Boga Bahari Korea Selatan
“Sudah terdapat beberapa negara yang mengajukan usulan penggunakan mata uang lokal. Usulan
penggunaan mata uang lokal dari negara India, Tiongkok, dan Rusia hingga saat ini sedang dalam tahap diskusi dengan Bank Sentral Mesir dan pihak perbankan Mesir. Langkah Mesir ini merupakan bagian dari upaya mengurangi tekanan dan permintaan terhadap dolar Amerika Serikat," jelas
Syahran.
Koordinator Fungsi Ekonomi KBRI Kairo Tennike mengutarakan, Indonesia telah melebarkan sayap
investasi di Mesir dengan hadirnya pabrik mi instan Indomie dengan nama Salim Wazaran Abu Alata.
Selain itu, Mesir juga telah berinvestasi di Indonesia dengan kehadiran perusahaan kabel El Sewedy dan perusahaan kopi Golden Coffee Company.
“Negara-negara ASEAN dapat memaksimalkan potensi kerja sama dagang dengan Mesir untuk mendapatkan akses ke pasar Eropa dan Afrika. Indonesia juga akan menggelar Indonesia-Africa Forum pada Agustus 2024 mendatang untuk memberikan hasil nyata bagi peningkatan hubungan ekonomi-perdagangan Indonesia dengan negara-negara Afrika, termasuk Mesir,” ujar Tennike.
Sementara itu, Trade Commisioner of Malaysia Raphy Md Radzi mengungkapkan, dibukanya Kantor
Perdagangan Malaysia di Kairo untuk meliputi negara-negara Afrika Utara dan Afrika Timur memiliki tujuan untuk membuka terobosan baru di pasar Afrika, khususnya peluang masuknya produk Malaysia.
Produk Malaysia yang diekspor ke Mesir saat ini di antaranya minyak sawit, sabun, tekstil, karet alam, bubuk kakao, elektronika, kimia, mesin, dan besi baja.
“Pertemuan bilateral ini diharapkan mampu menjaga hubungan baik antara Indonesia-Malaysia. Indonesia-Malaysia diharapkan dapat menjajaki pembicaraan awal upaya kerja sama perdagangan dan industri antara ASEAN dengan Mesir dalam kerangka perjanjian perdagangan bebas (AEFTA) pada sidang ASEAN Committee in Cairo (ACC) mendatang,” imbuh Raphy.
[Redaktur: Tumpal Alpredo Gultom]