"Pemanfaatan ini melalui benih berkualitas sehingga harus menjadi kebiasaan kita sebelum bertani, diawali penggunaan benih dan bibit berkualitas," katanya saat membuka Webinar Millenial Agriculture Forum (MAF) Vol. 3 Edisi 41 yang dihadiri Kapusdik Kementan, Idha Widi Arsanti dan Kepala SMKPPN Sembawa, Yudi Astoni pada Sabtu (29/10).
Dedi Nursyamsi menambahkan, Smart Farming bisa dilakukan dengan pemanfaatan produk bioscience seperti varietas unggul baru (VUB), biofertilizer, agensia hayati dan lainnya untuk meningkatkan produktivitas.
Baca Juga:
Kementerian UMKM Tingkatkan Alokasi KUR Rp700 Miliar untuk Pelaku UMKM Kalbar 2025
"Termasuk penggunaan alsintan untuk meningkatkan dan mempercepat produksi seraya menekan tingkat kehilangan hasil. (losses) apalagi jika terintegrasi internet of things (IoT) untuk menembus batas ruang dan waktu," katanya.
Senjata ketiga adalah kebutuhan modal untuk sarana dan prasarana (Sarpras) pertanian dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disediakan negara, sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia.
Kepala SMKPPN Sembawa, Yudi Astoni menambahkan bahwa pemerintah saat ini sudah menyiapkan anggaran KUR sekitar Rp 50 triliun, yang dapat dimanfaatkan para petani dan penangkar.
Baca Juga:
Penyaluran KUR BSI Aceh Capai Rp849,5 Miliar per Maret 2025
Pada MAF bertajuk 'Tani Akur, Solusi Cerdas Usaha pertanian', Kepala SMK PP Negeri Sembawa Yudi Astoni mengatakan KUR merupakan salah satu roda penggerak usaha pertanian. Dengan bunga hanya 6 persen per tahun plus kemudahan mengakses pinjaman, skema KUR dinilai ramah bagi petani.
"Senjata yang harus dipegang yakni kolaborasi, petani harus berkerja sama dengan pihak-pihak terkait mulai dari permodalan dari hulu hingga hilir serta pemasaran. Kita harus kolaborasi bukan berkompetisi, kita harus merangkul bukan memukul, kerjasama adalah fungsi agribisnis,” kata Yudi.
MAF yang diikuti dari 500 peserta disuguhi materi dari berbagai nararumber berkompeten yakni Irwan Kurniawan selaku WPC Bidang Bisnis BSB KCU Arivai Palembang, Siska Antoni sebagai Duta Petani Milenial (DPM) Kementan dan Khoiri Siswanto sebagai aggota kelompok tani (Poktan) Sungai Kandis.