WahanaNews.co | Kementerian Pertanian (Kementan) memaparkan sejumlah langkah antisipatif dampak perubahan iklim terhadap pertanian.
Berdasarkan laporan BMKG terbaru sebanyak 24,56 persen wilayah Indonesia sudah masuk musim kemarau. Wilayah yang sedang mengalami musim kemarau meliputi Aceh bagian utara dan timur, pesisir Utara Banten, pesisir utara Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Lalu, sebagian Jawa timur, sebagian besar NTB, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat bagian timur, Sulawesi Tengah bagian barat, Sulawesi Utara bagian selatan, dan Papua Barat bagian utara.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim hingga akhir tahun dan mengamankan produksi pangan, pihaknya menyiapkan kegiatan adaptasi dan mitigasi sebagai langkah antisipatif.
Adapun kegiatan adaptasi yang dilakukan mencakup pembangunan sumber air alternatif secara masif untuk mengurangi dampak kekeringan di sektor pertanian, yakni pembangunan embung sebanyak 400 unit, perpompaan 688 unit, dan perpipaan 150 unit.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
"Kemudian pengembangan irigasi hemat air melalui rehabilitasi jaringan irigasi tersier (RJIT) 3.600 unit," ujar Syahrul dalam Rapat Dengar Pendapat bersama DPR RI, Kamis (2/6).
Langkah adaptasi selanjutnya yakni melakukan pemanfaatan asuransi pertanian sebagai antisipasi dampak perubahan iklim. Kemudian, pemberdayaan benih secara masif terutamanya varietas-varietas toleran kekeringan dan varietas-varietas toleran rendaman/banjir.
Kementan juga akan mengembangkan secara masif unit pengelolaan pupuk organik (UPPO) untuk aplikasi bahan organik tanah dalam upaya meningkatkan kapasitas tanah menahan air.