WahanaNews.co, Jakarta - Ekonom senior, Faisal Basri, mengungkapkan bahwa proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) hampir tidak dilanjutkan pada tahap pembangunannya.
Menurutnya, peran Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, memiliki dampak besar dalam kelanjutan proyek ini hingga saat ini.
Baca Juga:
Awas! Ambil Bantal Kursi di Kereta Cepat, Penumpang Bisa Kena Sanksi Pidana
Faisal mengungkapkan bahwa ia pernah mengadakan diskusi langsung dengan Luhut pada bulan November 2021 terkait proyek ini. Dalam diskusi tersebut, Luhut mengakui bahwa proyek KCJB tidak dianggap sebagai proyek yang memiliki manfaat yang signifikan.
"Kita enggak sanggup nih, Luhut menganggap proyek ini proyek sampah," kata Faisal dalam diskusi di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa (17/10/2023).
Faisal mengatakan Luhut merasa dibebankan proyek yang telah dimulai oleh orang lain. Namun, kata dia, pada akhirnya proyek tersebut tetap dijalankan melalui proses renegoisasi dengan China selaku pemberi modal.
Baca Juga:
Hasil Diversi dan Litmas, Polsek Siantar Martoba Tetap Tahan Anak Pencuri Besi Pentol Kereta Api
Dia menyatakan bahwa pada awalnya, China diharapkan memiliki 40% kepemilikan saham dalam proyek ini, sementara pemerintah Indonesia akan memiliki 60%. Setelah serangkaian negosiasi, komposisi tersebut berubah menjadi sebaliknya, dengan China memiliki 60% saham dan Indonesia 40%.
Faisal juga mengatakan bahwa hasil dari negosiasi ulang tersebut mencakup kesepakatan mengenai tingkat suku bunga yang akan berlaku untuk utang pemerintah Indonesia dan tambahan utang yang diberikan oleh China Development Bank.
Menurut Faisal, awalnya pemerintah berharap agar China menjadi pemilik tunggal proyek KCJB dengan kepemilikan saham sebanyak 100%. Namun, China menolak, dan akhirnya kesepakatan yang tercapai adalah kepemilikan saham sebanyak 60%.