WahanaNews.co | Pertemuan KTT ASEAN ke-42 yang dilaksanakan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, bulan lalu telah mendorong penguatan arsitektur kesehatan ASEAN lewat penguatan koordinasi yang lebih erat tantara sektor keuangan dan kesehatan.
ASEAN merupakan salah satu kawasan yang memiliki kerentanan ekonomi dan kesehatan yang tinggi. Pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa negara anggota ASEAN memiliki kapasitas fiskal dan fasilitas kesehatan yang bervariasi untuk merespon pandemi dan penyakit darurat lainnya di masa depan. Tanpa pendekatan yang tepat, pandemi dapat membuat fasilitas kesehatan di kawasan ASEAN tertekan.
Baca Juga:
Sri Mulyani Dorong Direktorat Jenderal Anggaran Jadi Institusi Tangguh dan Dapat Diandalkan
Secara kumulatif, dana sebesar USD730 miliar telah dimobilisasi oleh negara-negara ASEAN untuk merespon pandemi per data Desember 2022.
Namun, ternyata perhitungan awal sementara mengindikasikan masih akan terdapat kesenjangan pembiayaan hingga USD7 miliar untuk lima tahun ke depan guna mempersiapkan kesiapsiagaan, pencegahan dan respons (PPR) negara anggota ASEAN terhadap pandemi atau penyakit darurat lainnya di masa depan.
Pembiayaan ini penting karena diperlukan untuk meningkatkan aktivitas pengawasan, pengembangan infrastruktur dan sistem laboratorium.
Baca Juga:
Bupati Tapteng Ajak Kemenkeu Bersinergi Tingkatkan Penerimaan Pajak
Untuk mengatasi hal ini, KTT ASEAN ke-42 menyatakan pentingnya kolaborasi antara otoritas keuangan dan kesehatan untuk memperkuat kapasitas kesehatan guna mengatasi kesenjangan pembiayaan yang ada.
Kolaborasi ini akan diawali dengan studi kesenjangan yang akan memaparkan output konkret untuk memperkuat kapasitas kesehatan kawasan.
Studi ini yang akan dilakukan oleh Asian Development Bank bekerja sama dengan World Health Organization dan stakeholder ASEAN lainnya, akan menganalisis kesenjangan pendanaan pandemi regional.