WahanaNews.co, Jakarta - Tanaman kratom diklaim lebih menguntungkan dibandingkan sawit atau pohon karet.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Perkumpulan Pengusaha Kratom Indonesia (Perkrindo) Yosef menjelaskan, dengan modal yang lebih sedikit kratom bisa menghasilkan lebih banyak uang.
Baca Juga:
Asosiasi Kratom Indonesia Resmi Pilih Kepengurusan Baru 2024-2029 dan Siap Sinergi
Dari hitungannya, karet menghasilkan sekitar Rp 1,5 juta per bulan dengan asumsi 1.000 pohon per hektare, dan asumsi kerja 15 hari per bulan. Sementara sawit bisa menghasilkan sekitar Rp 4,5 juta per bulan per satu hektare.
Asumsinya, jumlah panen dalam satu hektare kebun sawit mencapai 2-3 ton dan dengan harga Tandan Buah Segar (TBS) di kisaran Rp 1.300-1.500 per kilogram. Sementara kratom disebut bisa menghasilkan Rp 25 juta per bulan dengan asumsi 2.500 pohon.
"Kalau sawit itu kurang lebih Rp 4,5 juta per bulan per satu hektare. Dengan estimasi 2-3 ton per hektare, kalau harganya Rp 1.000-an lebih, Rp 1.500 sampai Rp 1.300. Kalau kratom Rp 25 juta per hektare per bulan, asumsi 2.500 batang," ujarnya dalam Audiensi dengan Komisi IV DPR RI, Senayan Jakarta, Senin (4/12/2023).
Baca Juga:
Harga CPO Naik Signifikan, Dorong Pertumbuhan Ekspor Indonesia
Dilihat dari segi modal, kratom hanya membutuhkan investasi Rp 15 juta hingga masa panen. Sementara sawit butuh Rp 60 juta per hektare hingga masa panen, sementara karet Rp 22 juta per hektare sampai masa panen.
"Kratom investasi sampai masa panen Rp 15 juta sampai panen. Kalau karet itu Rp 22 juta per hektare sampai panen," tambahnya.
Untuk jangka waktu panen kratom cukup bervariasi antara 1-3 bulan sekali. Satu pohon bisa menghasilkan sekitar 2 kilogram. Sementara untuk pohon yang berusia di atas 5 tahun hasil panen bisa mencapai puluhan hingga ratusan kilo.