WahanaNews.co, Surabaya - Wakil Menteri Perdagangan RI Dyah Roro Esti Widya Putri menegaskan Export Center di beberapa daerah di Indonesia merupakan wujud hadirnya pemerintah bagi pelaku usaha. Selain lebih dekat untuk dijangkau, adanya Export Center juga mempermudah
mereka bertanya dan berkonsultasi secara langsung mengenai ekspor, mulai dari perizinan hingga fasilitasi pertemuan dengan buyer.
Menurut Wamendag, kemudahan akses ini sejalan dengan tekad Kementerian Perdagangan untuk mendorong ekspor nasional, terutama oleh UMKM. Hal tersebut disampaikan Wamendag Roro saat mengunjungi Export Center Surabaya (ECS) kemarin, Senin (17/11).
Baca Juga:
ASEAN-Japan Symposium, Wamendag Roro: UMKM Kunci Ketahanan Rantai Pasok
Wamendag Roro menekankan signifikansi kehadiran ECS salah satunya untuk meruntuhkan stigma bahwa pelaku usaha harus selalu ke Jakarta untuk mendapatkan pendampingan ekspor.
“Adanya ECS ini sebenarnya ingin menegaskan ke masyarakat khususnya pelaku usaha, bahwa
untuk melakukan ekspor tidak harus ke ibukota. Pemerintah hadir dan mendekat ke daerah-daerah,”
ucap Wamendag Roro.
Sementara itu, Kepala pengelola Export Center Surabaya, Toto Dirgantoro mengungkapkan bahwa,
pemberian konsultasi ekspor dari 1 Januari hingga 15 November 2025 telah terealisasi sebanyak 1.612 kali atau 97,70 persen dari target 1.650 kali, dengan rata-rata 146 kali konsultasi per bulan.
Baca Juga:
Wamendag Roro Dorong Perdagangan Hijau untuk Wujudkan Masa Depan Berkelanjutan
Adapun nilai transaksi ekspor yang difasilitasi oleh ECS mencapai lebih dari USD 75 juta atau 83,34 persen dari target tahunan sebesar USD 91 juta.
“Kinerja ini menunjukkan tren positif dan menjadi bukti bahwa ECS kian diperhitungkan dan diandalkan pelaku usaha dalam berbagai pengurusan ekspor,” jelas Toto.
Namun demikian, lanjut Toto, dalam proses pendampingan pelaku usaha ditemukan beberapa tantangan yang dihadapi dan membutuhkan intervensi lebih lanjut, seperti mahalnya biaya logistik dan kebutuhan akan cold storage.