Sebelum melakukan penanaman padi di lahan tadah hujan, maka lakukan pengolahan secara sempurna dan berikan pupuk organik sebanyak 2 sampai 5 ton/ha. Ketika panen tanaman utama, kondisi lahan sebaiknya tidak terlalu kering.
Jika terlalu kering, maka perlu penambahan air secepatkan setelah panen. Sisa pemotongan panen tanaman utama diletakkan di sekitar tanaman atau sebagai penutup permukaan tanah. Tujuannya agar kelembapan tanah tetap terjaga.
Baca Juga:
Mentan Ajak Kolaborasi dan Dorong Pengembangan VUB Padi IPB 9G
Tunggul sisa panen dibiarkan 7 sampai 10 hari atau sampai keluar anakan baru. Apabila tunas yang keluar kurang dari 70 persen, sebaiknya tidak dilakukan budidaya salibu.
Sebaliknya, jika tunas yang muncul lebih dari 70 persen, maka lakukan pemotongan tunggul secara seragam. Perombakan sisa jerami bekas pemotongan tunggul dipercepat dengan bantuan dekomposer.
Lahan pasang surut
Baca Juga:
Jawa Barat Ditargetkan Jadi Penghasil Padi Tertinggi Nasional
Sistem budidaya padi salibu di lahan pasang surut biasanya dilakukan saat musim tanam periode Oktober sampai Maret. Sama seperti budidaya padi salibu di lahan irigasi desa dan tadah hujan, tunas sisa panen di lahan pasang surut juga dibiarkan selama 7 sampai 10 hari setelah panen.
Saat tunas baru tumbuh lebih dari 70 persen, maka lakukan pemotongan sampai tanaman setinggi 3 sampai 5 cm. Lakukan juga pengomposan sisa jerami dari potongan tunggul menggunakan dekomposer. [eta]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.