Jokowi menegaskan bahwa pembangunan smelter ini merupakan langkah strategis untuk mengolah sumber daya alam di dalam negeri.
Dengan ini, Indonesia dapat menghentikan ekspor bahan mentah, menciptakan lapangan kerja, dan membangun fondasi ekonomi baru yang berbasis produksi.
Baca Juga:
Prabowo Pimpin Ratas Percepatan Hilirisasi: Fokus Ciptakan Lapangan Kerja dan Pemerataan Ekonomi
Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, mengungkapkan bahwa 100 ribu ton katoda tembaga per tahun telah dipesan oleh PT Hailiang Group, perusahaan tetangga di KEK JIIPE.
Meski begitu, ia berharap pasar domestik juga dapat menyerap hasil produksi ini karena biaya pengangkutan lebih murah.
Untuk produksi emas, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) telah menandatangani kontrak pembelian 30 ton emas dari fasilitas pengolahan Precious Metal Refinery (PMR) milik PTFI.
Baca Juga:
Prabowo Pimpin Ratas Bahas Hilirisasi, Telaah Proyek Ciptakan Lapangan Kerja
Proyek smelter ini, yang membutuhkan investasi hingga Rp 58 triliun atau sekitar US$ 3,67 miliar, dijadwalkan beroperasi penuh pada pertengahan 2025, mundur dari rencana awal akibat insiden kebakaran pada Oktober 2024.
Proyek ini merupakan wujud komitmen PTFI terhadap Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang diterbitkan pada 2018 dan sejalan dengan inisiatif hilirisasi pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri.
Sejak 1992, PTFI telah memberikan kontribusi besar pada ekonomi Indonesia, termasuk investasi sebesar US$ 18 miliar dan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar lebih dari US$ 71 miliar.