WahanaNews.co, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, nilai ekspor pada bulan Oktober 2023 mencapai USD 22,15 miliar, naik sebesar 6,76 persen dibanding September 2023 (MoM).
Peningkatan ekspor ini didorong naiknya ekspor nonmigas sebesar 7,42 persen, sementara ekspor migas turun sebesar 2,38 persen (MoM). Peningkatan ekspor Oktober 2023 terjadi pada sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan.
Baca Juga:
ITPC Chicago Imbau Eksportir Perhatikan Rencana Aturan Baru AS Terkait Pewarna Sintetis
Sektor pertambangan menjadi sektor yang mengalami kenaikan tertinggi yakni sebesar 20,47 persen, diikuti produk industri pengolahan sebesar 4,83 persen (MoM). Sementara, ekspor sektor pertanian mengalami penurunan terdalam sebesar 8,00 persen (MoM).
“Komoditas batu bara (HS 27) menjadi salah satu komoditas sektor pertambangan yang mendorong
peningkatan ekspor nonmigas Oktober 2023. Batu bara memiliki andil sekitar 46,90 persen dari total
peningkatan ekspor nonmigas tersebut. Nilai ekspor batu bara mengalami kenaikan sebesar 24,61
persen sedangkan volume ekspornya tumbuh sebesar 20,38 persen (MoM),” jelas Mendag Zulkifli Hasan.
Pada Oktober 2023, produk utama ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan antara lain logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) naik 43,10 persen, alas kaki (HS 64) 39,55 persen, bahan kimia anorganik (HS 28) 35,86 persen, bahan bakar mineral/batu bara (HS 27) 24,61 persen, serta nikel dan barang daripadanya (HS 75) 18,28 persen (MoM).
Baca Juga:
Produk Makanan Sehat dan Organik Indonesia Unjuk Gigi di CHFA NOW 2025
Namun, di tengah kenaikan tersebut terdapat beberapa produk utama ekspor nonmigas yang mengalami penurunan. Produk tersebut diantaranya serat stapel buatan (HS 55) turun 22,64 persen, timah dan barang daripadanya (HS 80) 8,67 persen, mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) 7,48 persen, mesin dan peralatan mekanis (HS 84) 1,75 persen, serta plastik dan barang dari plastik (HS 39) 1,10 persen (MoM).
Negara utama tujuan ekspor nonmigas Indonesia pada Oktober 2023 adalah Tiongkok dengan nilai
ekspor mencapai USD 5,78 miliar naik 11,96 persen, India sebesar USD 1,87 miliar naik 24,91 persen, dan Amerika Serikat sebesar USD 1,82 miliar turun 0,51 persen (MoM).
Sementara ditinjau dari peningkatan ekspor, negara dengan dengan peningkatan terbesar antara lain
Swiss yang naik 205,06 persen, Spanyol (42,76 persen), India (24,91 persen), Thailand (23,96 persen),
serta Mesir (22,66 persen) MoM.
Sedangkan pasar tujuan ekspor nonmigas yang mengalami penurunan terbesar diantaranya Bulgaria
sebesar 97,41 persen, Turki (20,35 persen), Kanada (16,92 persen), Taiwan (12,68 persen), dan Korea
Selatan (10,79 persen) (MoM).
Ditinjau dari kawasan, peningkatan ekspor terbesar terjadi di wilayah Eropa Utara dengan kenaikan
sebesar 22,49 persen, Asia Selatan (21,53 persen), dan Eropa Barat (20,54 persen).
Di sisi lain, pelemahan ekspor terbesar terjadi ke beberapa kawasan seperti Amerika Tengah turun 34,74 persen,
Karibia (21,31 persen), dan Afrika Timur (21,20 persen) MoM. Secara kumulatif, ekspor periode Januari-Oktober 2023 tercatat sebesar USD 214,41 miliar, turun 12,15 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY) yang tercatat USD 244,06 miliar.
Penurunan ekspor tersebut disebabkan melemahnya ekspor nonmigas sebesar 12,74 persen dan
penurunan ekspor migas sebesar 2,06 persen (YoY).
Impor Seluruh Golongan Naik
Nilai impor Indonesia pada Oktober 2023 tercatat sebesar USD 18,67 miliar. Nilai ini meningkat 7,68 persen dibanding bulan sebelumnya (MoM).
Peningkatan ini didorong peningkatan impor nonmigas sebesar 10,37 persen, sementara impor migas turun 3,66 persen (MoM). Peningkatan impor pada Oktober 2023 terjadi pada seluruh golongan penggunaan barang.
Kenaikan impor tertinggi terjadi pada
golongan barang modal sebesar 14,52 persen, diikuti barang konsumsi (9,18 persen), dan bahan/baku penolong (5,87 persen) (MoM).
Peningkatan impor barang modal didorong kenaikan impor beberapa produk, yaitu ponsel pintar, peralatan radar untuk keperluan militer, komputer pribadi lainnya tidak termasuk komputer portabel
(laptop/notebook), dan alat penyulingan yang dioperasikan secara elektrik.
Sementara barang konsumsi
yang memicu kenaikan impor, antara lain beras setengah giling atau giling utuh, minyak medium lainnya
dan olahannya, serta bahan bakar diesel otomotif.
[Redaktur: Tumpal Alpredo Gultom]