Menperin pun menggarisbawahi strategi pemerintah Turki yang membangun banyak pusat sains dan teknologi di setiap provinsi patut dicontoh Indonesia. Pusat-pusat ini mendorong terciptanya kompetisi sehat antardaerah dalam menghasilkan teknologi terbaru.
“Ini menjadi inspirasi bagi kita di Indonesia. Pemerintah Turki menyadari bahwa ekosistem sains, teknologi dan industri harus dibangun secara merata. Dengan begitu, tercipta atmosfer persaingan positif untuk melahirkan inovasi. Model ini dapat kita adaptasi dalam penguatan ekosistem riset dan industri di tanah air,” ujarnya.
Baca Juga:
Manufaktur Kembali Tumbuh Lebih Tinggi Dari Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Pada kesempatan ini, Menperin turut mengunjungi stan Aspilsan, salah satu perusahaan teknologi energi dan baterai Turki yang juga mengembangkan solusi untuk kendaraan listrik. Kunjungan ini menjadi penting mengingat Indonesia tengah mendorong ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai sebagai bagian dari transformasi industri nasional.
Oleh karena itu, Menperin menekankan pentingnya kerja sama dalam pengembangan baterai kendaraan listrik, baik untuk kebutuhan sipil maupun militer. Perusahaan asal Turki, Aspilsan, yang dikenal sebagai produsen sel baterai lithium-ion, membuka ruang kolaborasi dengan Indonesia Battery Corporation (IBC). Dengan kapasitas produksi mencapai 21,6 juta unit per tahun, Aspilsan berpotensi memperkuat rantai pasok ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Saat ini, populasi kendaraan listrik di Indonesia terus meningkat pesat, dari 116 ribu unit pada 2023 menjadi 207 ribu unit pada 2024. Proyeksi kebutuhan material baterai untuk kendaraan listrik nasional pun melonjak signifikan, sejalan dengan megaproyek ekosistem baterai EV yang baru saja diresmikan Presiden Prabowo Subianto, dengan nilai investasi mencapai USD5,9 miliar atau sekitar Rp96 triliun.
Baca Juga:
Menperin: Permintaan Domestik Terus Menguat, Industri Tetap Ekspansif
“Indonesia siap mendukung kolaborasi dengan Turki dalam industri baterai, baik melalui riset bersama, investasi, maupun transfer teknologi, agar rantai pasok regional dapat lebih kuat dan berdaya saing,” ujar Agus. Demikian dilansir dari laman kemenperingoid, Selasa (23/9).
[Redaktur: JP Sianturi]