WahanaNews.co | Ningsih, pedagang Pasar Bunulrejo mengakui, sulitnya mendapatkan bahan baku minyak goreng membuatnya terpaksa mengurangi produksi gorengan yang ia jual. Sudah hampir beberapa bulan terakhir sejak awal tahun persoalan minyak goreng menjadi masalah baginya.
Menurutnya, mahalnya harga minyak goreng kemasan telah menyusahkan para pedagang kecil. Pasalnya selain kenaikan harga minyak goreng kemasan, ketersediaan minyak goreng curah yang jadi alternatif juga cukup sulit didapat.
Baca Juga:
RSUI-Sania Royale Rice Band, Seminar Atasi Stroke dengan Gamma Oryzanol: Metode Memasak Minyak Goreng Sehat
"Minyaknya nggak ada, saya ini kan jualan nasi, lauk pauk, ya gorengan juga. La itu bahannya kan minyak goreng, nggak mungkin gorengan direbus," ucap Ningsih saat ikut antri minyak goreng curah dalam operasi pasar di Pasar Bunulrejo, Kamis siang (24/3/2022).
Dia mengaku turut antri minyak goreng curah untuk keperluan dagangannya. Namun sejak pagi hingga Kamis siang, dua jirigen kosong seberat lima liter itu belum terisi sama sekali.
Perempuan berusia 66 tahun ini tak tahu apakah ia mendapat kuota minyak goreng curah seharga Rp 14.000 per liter atau tidak.
Baca Juga:
P3PI Dorong Peningkatan Standar Higienis di Pabrik Kelapa Sawit menuju Kelayakan Food Grade
Namun dirinya mengaku sudah sejak pagi hingga siang hari, ia bolak-balik keluar masuk toko melihat antrian jirigen yang ia bawanya, namun belum ada kejelasan.
"Ini mau beli lima liter, katanya disuruh ngantrikan jirigennya. Tapi mau saya antrikan jualan saya yang jaga siapa, saya juga jualan soalnya. Semoga saja dapat," harapnya.
Sementara itu, pedagang lainnya Nanik menyatakan, minyak goreng menjadi dilema baru baginya. Alhasil ketika ada informasi adanya operasi pasar minyak goreng curah yang dijual seharga Rp 14.000 per liternya atau Rp 15.500 per kilogram, ia menyambut antusias.
Sayangnya, harapan Nanik dan pedagang lainnya tak sesuai janji yang diberikan pihak Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang. Kuota minyak goreng curah yang seharusnya diperuntukkan 1.500 liter untuk pedagang Pasar Bunulrejo, hanya dialokasikan 950 liter saja untuk 25 toko, dari 200 pedagang yang terdaftar.
"Kita beli nggak dapat jatah, pasarnya sepi buat beli minyak saja harus utang - utang, nggak makan dijalani, supaya bisa beli minyak hari ini. Kok ngantri dari pagi sampai sekarang nggak dapat apa-apa, benar nggak adil, seharusnya meskipun dua liter, harusnya dapat," kata Nanik.
Dirinya mengaku hanya memperjuangkan nasib para pedagang kecil lainnya di Pasar Bunulrejo. Mengingat ada beberapa pedagang lainnya yang terpaksa tak berjualan karena sulitnya mendapat pasokan minyak goreng dengan harga terjangkau.
"Saya nggak dikasih nggak apa-apa, pokoknya yang lain kebagian, harus adil dibagi meskipun kecil-kecil. Tadi saya disuruh tanya Kapas (kepala pasar), Kapasnya bilang hanya 25 toko besar-besar, ini kan nggak adil," keluhnya. [bay]