WahanaNews.co | PT Pertamina (Persero) merespons kehebohan Pertalite yang disebut lebih boros usai naik harga. Banyak yang membandingkan bahwa BBM bersubsidi tersebut kini jauh lebih boros sejak harganya naik menjadi Rp 10.000 per liter.
Executive GM Regional Jawa Bagian Barat Waljiyanto menyebut hal itu hanyalah efek psikologis. Sebab, Pertamina selalu menjaga kualitas BBM secara ketat.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Salurkan Bantuan ke 7 Posko Erupsi Gunung Lewotobi
"Itu persepsi mereka, secara kualitas tetap sama. Kalau beda itu kita yang disemprot SKK Migas. Sebelum harga naik, masyarakat belinya literan, nggak berasa. Setelah naik belinya Rp 20 ribu, Rp 50 ribu. Itu efek psikologis," kata Waljiyanto kepada awak media di Pertamina Integrated Terminal Jakarta, Selasa (27/9).
Waljiyanto menjelaskan, Pertamina selalu menjaga kualitas BBM melalui pengecekan sampel secara secara rutin. Bahkan, Waljiyanto menunjukkan kepada awak media sampel berbagai jenis BBM yang sudah disimpan selama setahun.
"Ini buktinya udah kita simpan setahun tapi nggak menyusut. Kualitas tetap terjaga meskipun disimpan lama. Tidak terjadi penyusutan atau perubahan warna," ungkap dia.
Baca Juga:
Pertamina Manfaatkan Potensi Alam untuk Serap Karbon Lewat Dua Inisiatif Terintegrasi
Sementara itu, Integrated Terminal Jakarta Manager Andi Ramadhan menjelaskan, Pertamina rutin melalukan pengecekan sampel.
"Jadi sebelum kita terima, di kapal itu dan kilang kita periksa. Kalau off nggak diterima. Totalnya 7 kali pemeriksaan dari kapal atau kilang sampe ke sini," jelas dia.
Adapun Pertamina akan mengecek setiap sampel melalui tiga bagian yakni sampel bagian atas, tengah, dan bawah untuk memastikan BBM homogen.
"Kita juga ada pengecekan harian. Jadi setiap hari didrain," sambung dia.
Sebelumnya, Staf khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga membantah adaya perubahan kualitas BBM jenis Pertalite. Hal ini menjawab keluhan banyak masyarakat terkait penggunaan pertalite cepat habis atau boros setelah harga BBM naik.
Arya menegaskan kualitas pertalite sama seperti sebelum harga pertalite naik.
"Itu hoaks, engga kok, sama saja. Kan ada standarnya (pertalite di seluruh SPBU)," ujar Arya saat ditemui di ICE BSD, Senin (26/9).
Arya melanjutkan, pada video yang viral beredar tidak dicantumkan waktu konsumen membeli pertalite. Ia menyebut adanya kemungkinan konsumen tersebut membeli di operator lain.
"Itu isu aja. Kemarin di tiktok itu, ngeluh kurang, tapi tidak tahu kapan belinya, terus tiba-tiba dia beli di operator lain," lanjutnya. [rin]