WahanaNews.co | Jahe (Zingiber officinale) termasuk tanaman rimpang yang berbentuk jemari yang menggelembung di tengah ruas-ruasnya. Ada beberapa jenis jahe yang banyak dikonsumsi masyarakat, di antaranya jahe emprit, jahe merah, dan jahe gajah.
Rasa dominan jahe adalah pedas. Rasa pedas tersebut dihasilkan oleh senyawa keton yang disebut zingeron.
Baca Juga:
10 Manfaat Teh Jahe Plus Serai untuk Kesehatan
Jahe identik digunakan sebagai bumbu dapur. Namun demikian, ada banyak manfaat jahe sebagai obat, antara lain dapat mengobati migrain dan sakit kepala, menurunkan kadar kolesterol, menyembuhkan perut kembung atau gangguan pencernaan, dan lainnya.
Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, ada salah satu jenis jahe dengan nilai jual yang tinggi, yakni jahe gajah. Budidaya jahe gajah tidak harus membutuhkan lahan yang luas, biayanya pun rendah.
Jahe dapat tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian sekitar nol sampai 2.000 mdpl.
Baca Juga:
Tips Mudah Menanam Jahe di Lahan Sempit
Curah hujan yang dibutuhkan relatif tinggi yaitu antara 2.500 sampai 4.000 mm per tahun.
Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman jahe antara 20 hingga 35 derajat celcius. Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah subur, gembur dan banyak mengandung humus dengan pH sekitar 4,3 sampai 7,4.
Cara budidaya jahe gajah
Berikut cara budidaya jahe gajah untuk memperoleh hasil panen yang optimal.
1. Persiapan benih jahe gajah
Setelah mengetahui syarat tumbuh jahe gajah, barulah melakukan persiapan benih jahe gajah.
Pilihlah bibit jahe gajah yang berkualitas baik karena bibit nantinya mempengaruhi hasil yang akan didapatkan. Bibit jahe yang berasal dari tanaman induk yang tua atau minimal berumur 10 bulan.
Kemudian, ambil rimpang jahe gajah yang memiliki dua mata tunas, segar, tidak lecet dan tidak berpenyakit.
2. Penyemaian dan penanaman
Penyemaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan peti atau dengan bedengan.
Setelah itu, rimpang jahe yang akan dibuat bibit dijemur namun jangan terlalu kering, kemudian disimpan dalam peti kayu sekitar 1 sampai 1,5 bulan hingga memiliki mata tunas.
Jika menggunakan bedengan, maka perlu dibuat rumah semai dengan ukuran sekitar 10 x 8 meter untuk menyemai sekitar 1 ton bibit.
Dalam rumah semai dibuat bedengan dari jerami, lalu susun rimpang bibit diatasnya kemudian tutup lagi dengan jerami begitu seterusnya hingga bagian paling atas adalah jerami.
Tahap selanjutnya adalah melakukan penanaman bibit jahe gajah. Menanam bibit jahe ke dalam tanah tidaklah sembarangan, harus dilakukan dengan benar agar jahe bisa tumbuh dengan optimal.
Cara menanamnya adalah letakkan jahe yang terdapat mata tunas menghadap ke atas. Selanjutnya, timbun bibit tersebut, namun jangan sampai mata tunas ikut tertimbun.
4. Perawatan tanaman
Perawatan tanaman jahe gajah diawali dengan penyulaman atau penggantian rimpang yang mati atau rusak dengan tanaman atau rimpang baru pada saat dua sampai tiga minggu setelah penanaman.
Lalu, dilakukan proses penyiangan pada gulma atau tanaman pengganggu yang tumbuh di sekitar tanaman jahe gajah.
Penyiangan pertama dapat dilakukan saat tanaman berumur sekitar dua sampai empat minggu, penyiangan berikutnya dilakukan sebanyak sekali dalam waktu tiga sampai enam minggu, tergantung jumlah gulma yang ada.
Setelah jahe berumur sekitar enam sampai tujuh bulan, tidak perlu dilakukan penyiangan lagi karena rimpang sudah berukuran cukup besar.
Selain itu, lakukan pembubuhan agar rimpang yang terlihat ke permukaan tanah dapat tertutup kembali.
Agar nutrisi yang diperlukan tanaman terpenuhi, lakukan pemupukan. Pemupukan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik atau konvensional.
Proses selanjutnya yaitu penyiraman. Pada waktu melakukan penanaman jahe, tanaman tidak memerlukan banyak air untuk pertumbuhan jahe gajah, tetapi pada pertama petumbuhannya, tanaman jahe membutuhkan air yang cukup.
Dengan demikian, disarankan saat memulai budidaya jahe pada awal musim hujan.
5. Panen
Setelah semua tahap dilakukan, tahap yang paling ditunggu adalah tahap pemanenan jahe gajah. Jahe gajah dapat dipanen tergantung pada penggunaan yang dimaksudkan.
Saat jahe digunakan untuk memasak, jahe dapat dipanen pada usia sekitar empat bulan. Namun, jahe biasanya dipanen pada usia 10 sampai 12 bulan.
Ciri jahe gajah yang siap dipanen adalah perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning dan pengeringan batang.
Cara memanen jahe adalah dengan membuka tanah dengan garpu atau cangkul agar rimpang tidak terluka atau rusak. Kemudian, tanah atau kotoran lainnya dibersihkan dari rimpang.
Setelah dibersihkan, jahe dikeringkan di bawah sinar matahari selama seminggu. Simpan di tempat terbuka dan lembap saat ditumpuk tetapi tidak terlalu tinggi. [rds]