WAHANANEWS.CO, Jakarta - Banyak pabrik motor listrik saat ini merumahkan para pekerjanya akibat penurunan permintaan terhadap produksi. Ketua umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) Budi Setiyadi mengungkapkan bahwa kondisi ini sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu.
"Saya mendengar itu, Dirumahkan tidak berarti PHK karena mungkin nanti begitu ada peningkatan kapasitas produksi, ada insentif, ada relaksasi dari pemerintah, pastinya industri akan menggenjot lagi untuk produksinya, kapasitasnya kan. Mungkin mereka akan masuk lagi. Jadi yang terjadi, yang saya dengar seperti itu. Sudah terjadi sejak ya 3 bulan kemarin lah," kata Budi kepada CNBC Indonesia, Jumat (22/8/2025).
Baca Juga:
Adu Skill, Kompetisi Konversi Motor Listrik PLN Diikuti 20 Sekolah Kejuruan
Menurunnya permintaan akibat tidak adanya subsidi motor listrik seperti tahun 2024. Pelaku usaha pun menyerahkan kebijakan ini ke pemerintah sejak beberapa bulan lalu, termasuk kepastian ke pemerintah agar tidak menggantung seperti saat ini.
"Ya kalau memang tidak ada umumkan segera tidak ada, kalau ada ya segera diadakan. Dan kalau ada ya tenor waktunya jangan cuman sebentar. Ini kan kalau kemudian masih mengacu tahun lalu dengan anggaran per tahun kan akhirnya tinggal berapa bulan lagi. Ya kalau bisa 3-5 tahun gitu ke depan," sebut Budi.
"Jadi ada kepastian produksi kita juga bergairah gitu kan. Dan juga pastinya kita membantu pemerintah juga meningkatkan kapasitas produksi, juga pasti akan menyerap banyak tenaga kerja," lanjutnya.
Baca Juga:
Dukung Penggunaan Energi Ramah Lingkungan, PLN-KLHK Resmikan SPKLU dan Konvoi Motor Listrik
Apalagi pabrik sepeda motor listrik di Indonesia sebagian besar masih dalam tahap padat karya. Ketika industri menerima banyak pesanan, maka pekerja pun semakin banyak yang terserap.
"Karena pabrik sudah cukup banyak di Indonesia ini, ada 35 pabrik minimal yang masuk di saya, belum yang sepeda listrik lagi. Pabrik sepeda motor listrik di Indonesia ini masih padat karya. Memang ada juga sih yang sudah menggunakan mesin-mesin modern. Tapi ya mereka juga menunggu, kalau misalnya ada kepastian mungkin penggantian dengan mesin-mesin modern robot-robot itu akan terjadi," sebut Budi.
"Tapi sekarang ini setahu saya masih banyak yang padat karya lah. Satu konveyor itu bisa sampai melibatkan berapa tim, berapa orang gitu. Cukup banyak. Satu pabrik aja bisa menyerap ratusan orang," lanjutnya.