“Saya rasa kalau itu terjadi di dalam konteks konsumen, saya rasa wajar saja. Tapi dengan kepastian yang sudah lebih jelas dengan hasil yang telah dicapai (sekarang), maka tentu sama dengan pihak produsen dan investor, maka konsumen pun akan memperoleh kepastian lebih baik terhadap keputusan untuk menentukan belanja lebih lanjut ke depan,” ujar Mahendra.
Istilah Rojali dan Rohana sendiri muncul dari media sosial dan menjadi viral karena dianggap mewakili fenomena nyata di masyarakat, yakni kondisi ketika orang ramai-ramai mendatangi pusat perbelanjaan namun hanya sedikit yang melakukan pembelian.
Baca Juga:
Strategi Pemasaran, Yuk Ketahui Perilaku Konsumen dan Faktornya
Rojali merujuk pada konsumen yang hadir di pusat perbelanjaan namun jarang membeli, sementara Rohana menggambarkan mereka yang aktif bertanya-tanya mengenai produk, harga, atau diskon namun tak berujung pada transaksi.
Fenomena ini, meski terkesan ringan dan jenaka, menjadi indikator penting dalam membaca perilaku konsumsi masyarakat di tengah tekanan ekonomi yang masih berlangsung.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.