WahanaNews.co | Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sempat tak kuasa menahan amarahnya kepada Direktur Utama (Dirut) Pertamina, Nicke Widyawati, mengenai pembangunan pabrik petrokimia yang tak kunjung usai.
“Sehingga waktu Bu Dirut cerita waktu saya ke sana terakhir, saya bentak itu karena memang bener. Diceritain hal yang sama. Bu, enggak, enggak. Saya enggak mau cerita itu lagi,” ujar Jokowi dalam pertemuan dengan jajaran Direksi dan Komisaris Pertamina serta PLN di Istana Negara, Sabtu (20/11).
Baca Juga:
Mahfud MD: Presiden Sangat Marah Dengar Ferdy Sambo Dalang Pembunuhan Brigadir J
Pabrik petrokimia yang dimaksud adalah milik PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), anak usaha Pertamina yang berlokasi di Tuban Jawa Timur.
Jokowi mengatakan pembangunan TPPI menelan investasi hingga USD 3,8 miliar.
Namun selama bertahun-tahun, pabrik tersebut belum juga beroperasi. Bahkan menurut Jokowi, pembangunan TPPI sudah dilakukan sejak dirinya belum menjabat sebagai presiden.
Baca Juga:
Pengadaan Barang Dibanjiri Produk Impor, Jokowi Semprot 4 Menteri Ini
Begitu dilantik, Jokowi mengatakan dirinya langsung melakukan blusukan ke TPPI.
Jokowi menyadari apabila TPPI beroperasi maka pabrik tersebut akan menghasilkan banyak sekali produk turunan petrokimia.
Dengan demikian, angka impor bisa ditekan sebab Indonesia bisa mandiri dalam memproduksi petrokimia beserta produk turunannya.
“Setelah saya dilantik 2014 saya langsung ke TPPI karena saya tahu barang ini kalau bisa jalan, bisa menyelesaikan banyak hal. Ini barang subtitusi impor itu ada di situ semuanya. Semuanya. Turunan banyak petrokimia di situ,” ujarnya.
Inilah yang membuat mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut mengaku heran melihat jajaran Pertamina tidak gerak cepat dalam menyelesaikan pembangunan TPPI.
Padahal pabrik tersebut akan membawa banyak manfaat bagi Pertamina sendiri dan bahkan bagi negara.
“Barang kayak gini enggak cepet-cepet dijalankan? Kalau saya, 24 jam penuh saya kerjain agar ini segera jalan. Pertamina dapat keuntungan dari situ, negara dapat keuntungan dari subtitusi impornya. Kemudian neraca perdagangan kita baik, transaksi berjalan kita menjadi baik,” ujarnya.
Jokowi pun mengaku merasa sedih, sebab pabrik tersebut tidak kunjung selesai dan Indonesia masih terus-terusan melakukan impor.
Padahal menurutnya Indonesia memiliki semua yang dibutuhkan mulai dari bahan baku hingga mesinnya.
“Kita punya industrinya, kita punya mesinnya, kita punya bahan bakunya. Kok enggak kita lakukan malah impor? Itu lho yang saya sedih,” ujarnya. [rin]