WahanaNews.co | Sektor ekonomi digital dinilai mampu menjadi salah satu pemantik percepatan pemulihan serta peningkatan daya tahan ekonomi.
Di Asia Tenggara sendiri, nilai ekonomi digital pada tahun 2021 sebesar USD 174 miliar dan diprediksi dapat mencapai USD 1 triliun pada tahun 2030.
Baca Juga:
Fasilitasi Transportasi Dinas Karyawan, PLN Gandeng Pihak GoTo
Selain itu, total “populasi online” di Asia Tenggara juga telah mencapai 440 juta orang dan diproyeksikan akan meningkat sehingga potensi ekonomi digital juga kian meningkat.
Sedangkan di Indonesia, ekonomi digital juga kian mengalami perkembangan yang pesat salah satunya didorong dengan kontribusi Start-up sebagai bagian dari ekosistem digital.
Hingga saat ini, Indonesia merupakan negara peringkat ke-6 dengan jumlah start-up terbanyak yakni mencapai 2.506 unit dengan 9 Unicorn dan 2 Decacorn yaitu GoTo dan J&T Express.
Baca Juga:
Fasilitasi Transportasi Dinas Karyawan, PLN Gandeng Pihak GoTo
“Start-up berperan penting dalam penciptaan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan, dan berkontribusi pada ekonomi berkelanjutan melalui solusi inovasi yang ditawarkannya,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan keynote speech secara virtual dalam Konferensi Pers Peluncuran Studi Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia tentang Dampak Sosial Ekosistem GoTo Tahun 2022, Rabu (29/03).
Menurut kajian LPEM FEB UI, pada tahun 2022, Start-ups GoTo diproyeksikan mampu memberikan nilai tambah sebesar Rp349 triliun hingga Rp428 triliun terhadap perekonomian nasional atau setara dengan 1,8% hingga 2,2% terhadap PDB, yang berasal dari aktivitas perusahaan dan mitra dalam ekosistem GoTo.
Selain itu, ekosistem GoTo juga dinilai mampu meningkatkan kesempatan kerja bagi 0,8% hingga 1,2% dari total penduduk bekerja di tahun 2022 melalui aktivitas bisnis merchant dan sellers.