WahanaNews.co | Salah satu cara menjaga tingkat inflasi di dalam negeri adalah dengan menjaga keterjangkauan pangan. Hal itu diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Mengingat lonjakan inflasi pada Juli 2022 yang sudah menyentuh 4,94% (yoy) utamanya dipicu oleh gejolak harga pangan atau volatile food. Laju inflasi itu sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2015.
Baca Juga:
Sekda Sulbar Ajak Pemerintah Daerah Perkuat Sinergi Kendalikan Inflasi di Wilayah
Data BPS menunjukkan inflasi komponen bergejolak atau volatile food pada Juli 2022 menjadi yang terbesar yakni 1,41% dengan andil sebesar 0,25% pada inflasi nasional. Secara tahunan, inflasi volatile food bahkan mencapai 11,47% (yoy).
"Bagi pemerintah untuk menjaga inflasi adalah menjaga keterjangkauan pangan, salah satunya dengan menggunakan jaring pengaman sosial dan bisa dianggarkan dari anggaran daerah berupa biaya tak terduga," jelas Airlangga dalam konferensi pers, Jumat (5/8/2022).
Terkait komoditas pangan, terutama beras, Airlangga mengaku sudah memonitor stok beras sampai akhir tahun, yang diperkirakan pasokan di dalam negeri mencapai 7 juta ton, sehingga dinilai relatif aman untuk memenuhi kebutuhan domestik. Kemudian pasokan jagung, hingga akhir tahun 2022 diperkirakan bisa mencapai 18 juta ton.
Baca Juga:
BPS Sulawesi Barat Catat Inflasi Bulan ke Bulan 0,33 Persen Akibat Kenaikan Harga
"Dan tahun ini kita relatif tidak banyak impor jagung untuk kebutuhan pakan. Sedangkan kebutuhan pakan, diperkirakan (Sampai akhir tahun 2022) mencapai 14 juta ton," jelas Airlangga.
"Tentu komoditas-komoditas lain seperti daging, kedelai, dan lain sebagainya pemerintah relatif melihat bahwa impornya, terutama kedelai masih dilakukan pihak swasta," lanjutnya.
Pemerintah juga telah menyiapkan diversifikasi pangan, dengan menjaga pasokan komoditas gandum yang pasokannya akan dijaga hingga mencapai 11,8 juta ton. Selain itu, kapal kargo 'Razoni' pertama yang mengangkut gandum Ukraina juga telah terlihat meninggalkan pelabuhan Odessa pada Senin (1/8/2022).
Penghentian pengiriman gandum selama lima bulan dari Ukraina yang merupakan negara pengekspor biji-bijian terbesar dunia telah berkontribusi pada melonjaknya harga pangan. Hal itu sangat memukul negara-negara termiskin di dunia. Keberangkatan kapal kargo Razoni akan membawa kelegaan bagi dunia.
"Hampir seluruh industri sudah mulai mempersiapkan dan relatif aman pada September-Oktober. Dan kita lihat dari Odessa, salah satu kapal (pengangkut) weed sudah jalan. Ini mudah-mudahan akan menurunkan tekanan terkait gandum," ujar Airlangga.
Pemerintah sendiri, kata dia, juga turut menyiapkan subtitusinya, dengan pengembangan sorgum dalam bentuk prototipe di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Juga pengembangan tanaman sagu yang sedang didalami pemerintah.
Menurut Airlangga, diversifikasi dengan melakukan intensifikasi pasokan pangan juga terus didorong oleh pemerintah. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan melakukan rekayasa genetik jagung melalui skema sistem GMO (Genetically Modified Organism, modifikasi genetika) atau pun hibrida.
"Seperti dalam rapat internal dengan Presiden (Joko Widodo), untuk jagung ini kita panen per tonnya per hektare 5-6 ton dengan bibit biasa," jelasnya.
"Kemarin sudah minta Kementerian Pertanian untuk merubah regulasi agar bisa dibuka dengan GMO, dengan GMO bisa mencapai 12-13 ton per hektar. Dengan luasan yang sama, kapasitas produksi bisa meningkat dua kali. Ini langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk jaga inflasi," kata Airlangga lagi. [tum]