WahanaNews.co | Peneliti Ekonomi The Indonesian Institute (TII) Nuri Resri Chayyani, mengungkapkan Indonesia miliki peluang untuk tawarkan investasi di sektor ekonomi hijau atau green economy dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 15-16 November di Bali nanti.
“Indonesia harus bisa mengambil peluang dalam peningkatan penggunaan kendaraan yang berbasis energi terbarukan. Hal ini juga akan ada kaitannya juga dengan penyerapan tenaga kerja di Indonesia,” kata Nuri kepada Antara di Jakarta, Senin (14/11/2022).
Baca Juga:
Pemerintah Dukung Peningkatan Ekspor dan Hilirisasi Industri Kelapa Sawit Berkelanjutan
Ia mencontohkan investasi ekonomi hijau yang bisa ditawarkan meliputi efisiensi sumber daya alam dan penerapan ekonomi sirkular, serta penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) seperti biofuel, biomassa, dan Refuse Derived Fuel (RDF) di Tanah Air.
Dalam menawarkan investasi ini, menurut dia, Indonesia perlu memberikan penawaran yang jelas terkait perhitungan analisis biaya dan manfaat investasi ini, sehingga investor global dapat tertarik.
“Kemudian prosedurnya juga harus jelas seperti regulasi/ payung hukumnya. Komitmen dalam menjalankan kontrak perlu lebih dipertanggungjawabkan,” kata Nuri.
Baca Juga:
Industri Kelapa Sawit Berperan Strategis bagi Perekonomian Indonesia
Sementara, dalam upaya transisi menuju ekonomi hijau, menurut dia, Indonesia perlu menyiapkan juga investasi untuk sumber daya manusia (SDM) yang dapat meningkatkan skill/ kapasitas masyarakat, sehingga akan siap dengan transfer pengetahuan yang ada di sektor ini.
“Kemudian juga harus dibarengi dengan peningkatan climate change awareness terkait dampak penambangannya sehingga dapat segera memitigasinya,” kata Nuri
Selain itu, dalam KTT G20, dia mengatakan Indonesia harusnya meminta negara- negara maju untuk mengurangi hambatan perdagangan internasional, seperti tingginya tarif ekspor dan impor, tingginya bunga acuan, dan tidak stabilnya kurs mata uang negara asal.