WahanaNews.co | Direktur Utama PT PLN (persero) Darmawan Prasodjo mengatakan memensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dan menggantinya dengan energi baru terbarukan (EBT) akan dilakukan secara bertahap. Namun, untuk mewujudkannya, PLN tidak bisa bekerja sendiri.
PLN menjajaki peluang kerja sama dengan lembaga keuangan internasional untuk menghentikan operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebesar 6,7 gigawatt (GW) hingga 2040 mendatang.
Baca Juga:
Menteri BUMN Angkat Kembali Darmawan Prasodjo sebagai Dirut PT PLN
"Kami terus berproses dengan mitra dan lembaga investasi global. Kami tidak akan melanjutkan operasional PLTU yang sudah usang," ujarnya melalui keterangan resmi, Rabu (19/10).
Secara rinci, memensiunkan PLTU hingga 6,7 GW ini akan terbagi dari sebanyak 3,2 GW pembangkit yang berhenti beroperasi secara natural dan 3,5 GW menggunakan skema early retirement (lebih cepat).
Salah satu kerja sama yang telah dijalin dalam rangka memensiunkan PLTU batu bara secara early retirement adalah dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Kerja sama ini dilakukan untuk PLTU Pelabuhan Pelabuhan Ratu yang berada di Jawa Barat.
Baca Juga:
Menteri BUMN Angkat Kembali Darmawan Prasodjo sebagai Dirut PT PLN
Komitmen kerja sama sudah dituangkan dalam penandatanganan principal framework agreement dalam rangkaian agenda Stated-Owned Enterprises (SOE) International Conference.
"Kerja sama dengan PLN dalam melakukan early retirement PLTU sejalan dengan visi PTBA menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli lingkungan. Kami berharap agar target-target penurunan emisi karbon dapat tercapai dan ketahanan energi tetap terjaga," ujar Direktur Utama PTBA Arsal Ismail.
Dengan adanya program pengakhiran lebih awal, masa operasional PLTU Pelabuhan Ratu akan terpangkas dari 24 tahun menjadi 15 tahun. Penurunan masa operasional tersebut akan dibarengi oleh potensi pemangkasan emisi karbondioksida (CO2) ekuivalen sebesar 51 juta ton atau setara Rp220 miliar.