WAHANANEWS.CO, Jakarta - PT PLN (Persero) menegaskan kesiapan untuk memperluas kerja sama lintas sektor dalam memperkuat ketahanan energi sebagai bagian dari upaya menjaga kedaulatan nasional. Komitmen tersebut disampaikan dalam ajang Electricity Connect 2025: Strengthening Energy Resilience, Powering Sovereignty, yang digelar oleh Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) dengan dukungan Kementerian ESDM dan PLN.
Kegiatan berlangsung di Jakarta International Convention Center, Kamis (20/11/2025), dan menjadi forum strategis untuk menyatukan langkah percepatan transisi energi di Indonesia.
Baca Juga:
Listrik Bersih dari Tomohon: PLTP Lahendong Jadi Motor EBT Terbesar di Kawasan Timur Indonesia
Melalui momentum ini, PLN menegaskan perannya sebagai tulang punggung sektor ketenagalistrikan nasional, sekaligus memastikan proses transisi menuju energi bersih berjalan seiring dengan pemerataan akses listrik di seluruh wilayah sebagai fondasi kedaulatan energi Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Staf Kepresidenan Muhammad Qodari menekankan bahwa penguatan ketahanan energi nasional sangat bergantung pada pemerataan akses listrik.
Ia menerangkan bahwa potensi energi tersebar luas di banyak daerah, termasuk wilayah terpencil, sehingga dapat menjadi modal penting untuk mendorong percepatan pembangunan infrastruktur kelistrikan.
Baca Juga:
Dorong Transisi Energi, PLN Targetkan 52,9 GW EBT dan Integritas Pasar Karbon Berbasis Global
Kepala Staf Kepresidenan Muhammad Qodari menegaskan bahwa penguatan ketahanan energi nasional menitikberatkan pada keberhasilan Indonesia menghadirkan akses listrik yang merata di seluruh wilayah, sebaran potensi energi di berbagai daerah merupakan modal penting untuk mempercepat pembangunan sistem kelistrikan.
“Kita memahami bahwa sumber energi Indonesia tersebar hingga ke pulau-pulau terpencil. Itulah kekuatan bangsa, meski sebagian daerah penghasil energi masih belum sepenuhnya menikmati listrik secara optimal. Situasi ini adalah peluang perbaikan yang dapat dipercepat melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL),” kata Qodari.
Qodari juga menegaskan pentingnya sektor energi dalam mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8%.
Menurutnya, pertumbuhan sebesar itu tidak mungkin dicapai tanpa sistem kelistrikan yang andal dan terintegrasi.
“Saat ini berbagai program yang kami kawal bersama dengan Kementerian ESDM meliputi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), pembangunan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) terpadu di desa dan sekolah di wilayah 3T terutama Maluku dan Papua, hingga percepatan pembangkit listrik tenaga sampah atau waste-to-energy. Seluruh inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen menghadirkan energi berkeadilan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menambahkan bahwa keberhasilan transisi energi membutuhkan sinergi antara pemerintah, dunia usaha, hingga masyarakat.
Kolaborasi ini dinilai penting agar pemanfaatan energi terbarukan dapat berlangsung secara optimal dan berkelanjutan.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyampaikan dalam sambutannya bahwa keberhasilan transisi energi tidak mungkin dicapai sendiri, PLN membutuhkan kolaborasi lintas pemangku kepentingan seperti Pemerintah, swasta, dan masyarakat.
“Kami menyediakan energi yang terjangkau untuk menciptakan keberlanjutan jangka panjang, menghapus kemiskinan, menghilangkan kelaparan, memastikan kesejahteraan masyarakat, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun, pada saat yang sama kami mengurangi emisi gas rumah kaca dan menjaga keberlanjutan lingkungan,” ujarnya.
Darmawan menjelaskan bahwa transisi energi bukan hanya pembangunan pembangkit ramah lingkungan, tetapi juga langkah strategis mengalihkan ketergantungan energi impor ke energi domestik.
Upaya ini sejalan dengan arah kebijakan Asta Cita yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
“Dengan adanya energi yang terjangkau dan rendah emisi, kami berupaya untuk menjaga lingkungan. Dengan RUPTL paling hijau ini, komitmen terhadap penurunan emisi gas rumah kaca sangat kuat,” ujar Darmawan.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Electricity Connect 2025, Arsyadany G. Akmalaputri, menyampaikan bahwa gelaran tahun ini menampilkan empat tema workshop utama yang dirancang untuk mempercepat pemahaman teknis mengenai energi bersih.
“Ada empat tema workshop, yaitu power purchase agreement, energy management system, renewable energy certificate, dan juga energy access atau listrik desa. Workshop ini kami desain agar juga menyediakan kapasitas teknis yang aplikatif untuk memperkuat kesiapan nasional dalam percepatan energi bersih,” ujarnya.
Electricity Connect 2025 menghadirkan lebih dari 120 exhibitor serta lebih dari 50 pembicara dari sektor energi, pemerintah, dan industri.
Ajang ini menjadi ruang kolaboratif terbesar untuk membahas strategi transisi energi, inovasi teknologi kelistrikan, serta upaya memperkuat ketahanan energi nasional di tengah dinamika global (Seremoadver).
[Redaktur: Ajat Sudrajat]