WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketika sorotan publik kembali mengarah pada proyek kereta cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh dan beban keuangan yang mengikutinya, Presiden Prabowo Subianto menggerakkan jajaran ekonominya untuk merumuskan strategi terbaik menyelesaikan utang jumbo proyek strategis ini kepada China.							
						
							
							
								Langkah itu menjadi penanda komitmen pemerintah menjaga kredibilitas fiskal sekaligus kesinambungan pembangunan nasional, terutama di tengah dinamika geopolitik dan ekonomi global.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Pemerintah Siapkan Skema Penyelesaian Utang Whoosh Tanpa Ganggu Ekonomi
									
									
										
											
										
									
								
							
							
								Dalam rapat terbatas di Istana Kepresidenan Jakarta pada Rabu (29/10/2025), Presiden memerintahkan Danantara dan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk melakukan kalkulasi mendalam mengenai penyelesaian utang proyek kereta cepat tersebut, termasuk meracik opsi yang paling menguntungkan bagi Indonesia dalam jangka panjang.							
						
							
							
								Selain Menkeu dan Danantara, Prabowo juga memberikan arahan serupa kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto untuk memastikan seluruh aspek teknis, finansial, hingga diplomasi ekonomi tertangani secara komprehensif.							
						
							
							
								Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mengungkapkan bahwa pembahasan tersebut berlangsung intens saat ratas dan Presiden menegaskan perlunya perhitungan ulang secara detail agar keputusan pemerintah berbasis data dan proyeksi ekonomi yang solid.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										KPK Dalami Dugaan Korupsi Whoosh, Pemanggilan Saksi Masih dalam Kajian
									
									
										
									
								
							
							
								“Ya, kemarin dibahas, kemudian Pak Airlangga, Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, kemudian CEO Danantara (Rosan Roeslani) diminta untuk sebagaimana tadi yang saya sampaikan, menghitung lagi detailnya,” ujar Prasetyo di Antara Heritage Center, Jakarta, Kamis (30/10/2025).							
						
							
							
								Ia menambahkan bahwa pemerintah tengah mempertimbangkan sejumlah skenario, termasuk opsi untuk meminta perpanjangan masa pinjaman sebagai bagian dari formula penyelesaian kewajiban utang yang paling optimal bagi negara.							
						
							
							
								“Kemudian opsi-opsi untuk meminta misalnya perpanjangan masa pinjaman, bagian nanti dari skenario-skenario skema yang terbaik,” lanjutnya.							
						
							
								
							
							
								Prasetyo menjelaskan bahwa pembahasan dalam ratas turut mencakup perhitungan tematis, simulasi pembiayaan, serta peluang untuk memperoleh kelonggaran waktu pembayaran utang sebagai salah satu strategi negosiasi pemerintah.							
						
							
							
								“Kemarin di dalam ratas juga itu bagian dari salah satu yang dibicarakan, pemerintah sedang mencari skema yang terbaik, termasuk perhitungan-perhitungan angkanya, termasuk kemungkinan-kemungkinan untuk kita bisa meminta kelonggaran dari sisi waktu pembayaran utang,” kata Prasetyo.							
						
							
							
								Berdasarkan catatan pemberitaan, total utang proyek Whoosh mencapai sekitar 7,27 miliar dollar AS atau kira-kira Rp120,38 triliun dengan kurs Rp16.500 per dollar AS, di mana 75 persen berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB) berbunga dua persen per tahun dengan tenor 40 tahun.							
						
							
								
							
							
								Seiring pelaksanaan proyek, biaya pembangunan mengalami pembengkakan atau cost overrun sebesar 1,2 miliar dollar AS, sehingga diperlukan tambahan pinjaman dengan bunga lebih dari tiga persen per tahun.							
						
							
							
								Adapun pinjaman tambahan sebesar 542,7 juta dollar AS dialokasikan untuk menutup cost overrun yang menjadi porsi tanggungan konsorsium Indonesia sebesar 75 persen, sementara sisanya dipenuhi melalui penyertaan modal negara dari APBN.							
						
							
							
								[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]