Berdasarkan laporan kinerja konsolidasian ASDP 2022 audited Januari hingga Desember 2022 tercatat membukukan pendapatan Rp4,381 triliun dan laba bersih Rp585 miliar.
"Pendapatan 2022 telah melampaui dari total pendapatan dalam kondisi normal sebelum COVID-19 di tahun 2019 sebesar Rp3,328 triliun dan naik 23,4 persen dibanding realisasi 2021 sebesar Rp3,550 triliun. Sementara untuk raihan laba bersih, mencapai 220,8 persen dari target dan mengalami pertumbuhan 79,4 persen dari laba di tahun 2021 sebesar Rp326 miliar," ungkap Shelvy.
Baca Juga:
ASDP Raih Gold Award di Ajang Indonesia Human Capital Award X 2024
ASDP juga mencatat pencapaian kinerja positif pada 2022 turut dikontribusikan kinerja penyeberangan baik produksi perintis dan komersial (gabungan), yaitu produksi penumpang mencapai sebanyak 7,6 juta orang atau naik sebesar 66 persen dibandingkan realisasi 2021 sebanyak 4,6 juta orang, lalu kendaraan roda dua dan tiga sebanyak 4,1 juta unit atau 66 persen dari realisasi 2,5 juta unit.
Kemudian, kendaraan roda empat/lebih mencapai 4,4 juta unit atau naik 48 persen dibandingkan realisasi 2021 sebanyak 2,9 juta unit, dan barang mencapai 1,3 juta ton atau -47 persen bila dibandingkan realisasi pada 2021 sebanyak 2,4 juta ton.
"Kenaikan produksi penumpang kapal penyeberangan tidak terlepas dari transformasi termasuk digitalisasi layanan yang secara berkelanjutan dijalankan perusahaan. ASDP telah melayani 7,6 juta atau naik 73 persen dari 4,4 juta penumpang tahun 2021," kata dia.
Baca Juga:
KPK Ungkap Nilai Proyek di Kasus ASDP dalam 4 Tahun Capai Rp1,3 Triliun
Shelvy mengungkapkan peningkatan jumlah penumpang juga disebabkan ketersediaan prasarana dan sarana berupa kapal, dermaga, dan pelabuhan yang memadai serta sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan selalu berupaya memberikan layanan terbaik kepada para pengguna jasa.
Selain itu, kinerja positif juga didukung program pengendalian biaya melalui langkah efisiensi yang ditunjukkan dengan operating ratio 66,89 persen lebih rendah dibanding 2021 sebesar 72,05 persen.
Selanjutnya, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) pada 2022 sebesar 86,06 persen lebih rendah dibanding pada 2021 sebesar 91,51 persen. Hal tersebut menunjukkan perusahaan berhasil meningkatkan efisiensinya dengan adanya pengendalian keuangan terhadap realisasi beban pokok dan beban usaha.[sdy]