Tidak hanya itu saja, produk ekonomi kreatif di Kampung Patin juga sangat menarik. Misalnya saja produk kriya dari hasil olahan bambu, seperti lidi sawit, rotan, dan pandan.
Bahkan para disable (tuna rungu) juga ikut serta dalam program home recycle creative. Di mana, produksi kriya ini memanfaatkan limbah paralon menjadi pot, tempat tisu, baki gelas, hiasan dinding dan piring lidi rotan.
Baca Juga:
Pemerintah Aceh Bagikan 7,5 Ton Ikan Segar Cegah Inflasi dan Stunting
"Desa wisata ini memiliki kekayaan alam yang indah, produk ekonomi kreatif yang otentik dan mampu buka lapangan kerja . Mudah-mudahan dengan adanya program ADWI 2021 ini kita dapat mendorong Kampung Patin sebagai salah satu desa wisata yang berkelas dunia dan berkelanjutan lingkungan," ujarnya.
Di depan Gubernur Riau Syamsuar dan Bupati Kampar Catur Sugeng, Sandi menargetkan ikan patin menggantikan impor ikan dori dan salmon. Sandi datang dalam rangkaian Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021. Di mana Kampung Patin terpilih menjadi 50 desa wisata terbaik.
"Ada 1.831 desa wisata berjuang masuk desa wisata. Hari ini Kampar kebanggaan tanah kelahiran saya masuk 50 destinasi desa wisata," ucapnya.
Baca Juga:
Program Makan Gratis, Menteri KKP: Menu Ikan Harus Disesuaikan dengan Wilayahnya
Sandi menilai banyak potensi desa wisata di Riau yang bisa dikembangkan. Namun saat ini, Desa Koto Masjid atau Kampung Patin memiliki ciri khas tersendiri di dunia pariwisata.
"Jadi kalau kangen Raja Ampat, bisa ke sini di Puncak Kompe karena ini adalah sensasi luar biasa. Maka kita pakai #keriauaja," katanya.
Menurut Sandi, terdapat peluang untuk memajukan ekonomi warga sekitar. Terutama dengan hasil panen ikan patin yang dimulai dari pembibitan hingga menjadi produk lokal dan bisa diandalkan.