WahanaNews.co, Bali - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengapresiasi perayaan Dharma Santi Hari Suci Nyepi Tahun Caka 1946 di Gedung Widyatula, Kampus Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Bali sebagai momentum untuk membangun kerukunan, mengucap syukur, dan saling memaafkan.
Saat memberikan sambutan secara daring, Kamis (28/3/2024), Menparekraf Sandiaga mengatakan, perayaan Dharma Santi ini sekaligus untuk memperkuat keharmonisan, menjaga hubungan antar sesama dan dengan alam lingkungan di sekitar.
Baca Juga:
Kemenparekraf Dukung Pelaksanaan Pusbatara Run 2024
“Saya mengucapkan selamat Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Caka kepada umat Hindu, terutama di lingkungan Kemenparekraf. Perayaan Dharma Santi ini sejalan dengan konsep di Kemenparekraf yaitu pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan yang merupakan perwujudan bagi kita dalam menjaga keseimbangan manusia dan alam semesta,” kata Sandiaga.
Perayaan Dharma Santi ini dihadiri oleh umat Hindu di lingkungan Kemenparekraf. Adapun tujuan dari perayaan ini adalah untuk menjalin dan mempererat tali silaturahmi umat Hindu di lingkungan Kemenparekraf, serta menekankan pentingnya kolaborasi dalam mencapai tujuan bersama.
“Perayaan Dharma Santi ini juga untuk membuka pintu kolaborasi dalam menciptakan ekosistem kreatif demi mendukung program pemerintah, khususnya di sektor parekraf, untuk membangkitkan ekonomi nasional. Dengan berkolaborasi, kita bisa meraih prestasi yang membanggakan yang harus kita jadikan semangat untuk mencapai target kunjungan wisman 2024 yang semakin tinggi,” katanya.
Baca Juga:
MenEkraf: "D-Futuro Futurist Summit 2024" Lahirkan Gagasan dan Inovasi Perkuat Ekraf
Sementara itu, Sekretaris Kemenparekraf Ni Wayan Giri Adnyani yang juga sebagai Pembina Binrohin Kemenparekraf menjelaskan terdapat empat tahapan dari awal sampai berakhirnya perayaan Dharma Santi.
“Dharma Santi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rangkaian Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1945. Rangkaian acaranya dimulai dari Melasti (upacara penyucian diri), diikuti Tawur (upacara bhutayadnya untuk kesejahteraan dan keselasaran alam), kemudian Catur Brata (mematuhi empat pantangan yaitu amati karya, amati geni, amati lelungan, dan amati lelanguan), dan yang terakhir Ngembak Geni (bentuk berakhirnya Catur Brata penyepian dan dimulainya aktivitas di tahun Saka yang baru),” kata Ni Wayan Giri Adnyani.
“Tema Dharma Santi ini yakni ‘Sat Cit Ananda Untuk Indonesia Maju’ yang artinya menuju kebahagiaan dan bagaimana kita sebagai umat dapat melaksanakan tugas atau dharma dengan hati yang bahagia, berkolaborasi dengan gembira, untuk mendukung program-program pemerintah,” katanya.
Perayaan Dharma Santi di Poltekpar Bali ini dihadiri oleh sekitar 200 umat Hindu di lingkungan Kemenparekraf. Acara tersebut dinisiasi oleh Binrohin (Bina Rohani Hindu) Kemenparekraf berkolaborasi dengan manahemen Poltekpar Bali dan Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Poltekpar Bali.
Narasumber pada perayaan Dharma Santi, I Wayan Sudarma (Jero Mangku Danu), menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana cara mewujudkan Sat Cit Ananda dalam konteks melaksanakan dharma negara di Indonesia.
“Setiap manusia dianugerahi tiga nikmat oleh Tuhan. Yang pertama adalah energi kehidupan atau prana. Kita harus mampu menggunakan energi kehidupan kita untuk sesuatu yang produktif. Kedua, nikmat cipta. Bagaimana kita mengolah pikiran kita untuk menghasilkan sesuatu yang positif dan bermanfaat. Dan terakhir, waktu. Kita harus mampu mengolah waktu sebaik mungkin untuk meraih tujuan-tujuan kita. Bila kita mampu mengimplementasikan ketiga nikmat tersebut dengan baik, niscaya kita akan mampu melaksanakan dharma kita dengan optimal,” kata I Wayan Sudarma. Demikian dilansir dari laman kemenparekrafgoid, Sabtu (30/3).
[Redaktur: Alpredo Gultom]