WahanaNews.co, Jakarta - Kinerja industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronika (ILMATE) masih tercatat gemilang dengan pertumbuhan mencapai 10,00 persen (y-on-y) pada kuartal III tahun 2023, atau mencapai total nilai sebesar Rp159,41 trilliun.
Di tengah kondisi ekonomi global yang belum stabil, sektor ILMATE justru semakin bergeliat hingga mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,94 persen pada periode yang sama.
Baca Juga:
Kemenperin Dorong Penyerapan Batik IKM Jadi Seragam Jemaah Haji
Direktur Jenderal ILMATE Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier menyampaikan, pertumbuhan ILMATE yang moncer hingga double digit terjadi sejak kuartal III-2022, sedangkan pertumbuhan ILMATE melesat jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional sudah sejak kuartal I-2021. Hal ini menunjukan bahwa sektor ILMATE menjadi kontributor yang signifikan terhadap kinerja industri manufaktur maupun ekonomi nasional.
“Alhamdulillah, kami bangga pertumbuhan sektor ILMATE di kuartal III-2023 ini lagi-lagi double digit. Capaian positif ini membuktikan bahwa kebijakan yang telah kami jalankan selama ini seperti green mobility, hilirisasi, dan smart supply-demand sudah on the right track sehingga mampu mendongkrak pertumbuhan industri manufaktur,” tuturnya di Jakarta, Kamis (9/11).
Hingga jelang akhir tahun, aktivitas industri manufaktur Indonesia masih dalam fase ekspansi. Ini tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) dan Purchasing Manager’s Index (PMI) yang berada di atas level 50,00 atau ekspansi pada Oktober 2023.
Baca Juga:
Pacu Kesiapan IKM Terapkan Teknologi Digital, Kemenperin Gelar Workshop INDI 4.0
Taufiek menyebutkan, subsektor ILMATEyang memiliki kinerja kinclong sehingga berperan penting pada pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III-2023, antara lain adalah industri logam dasar, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, industri permesinan, serta industri alat angkutan.
“Sektor-sektor ini yang memberikan kontribusi besar terhadap PDB industri pengolahan nonmigas, baik forward maupun backward linkage,” ujarnya.
Taufiek menjelaskan, peningkatan demand baja nasional untuk mendukung pembangunan konstruksi di Ibu Kota Nusantara (IKN) dan pengembangan kendaraan listrik di dalam negeri, telah menjadi pemantik bagi tumbuhnya industri logam dasar yang mencapai 10,86 persen (y-on-y).