Namun, ternyata ada pemilik kios lain yang lebih membanting harganya. Ia mengaku membeli dengan banderol Rp 250 juta, namun kini Ia bakal melepasnya dengan setengah harga atau Rp 135 juta. Karena Ia menjual cepat, ada kemungkinan harganya bisa lebih turun lagi.
"Kios Blok M lt.3A blok B no.90. Cocok untuk usaha toko hp, toko baju, toko alat tulis, kantor, gudang, kantin. Satu lantai dgn Samsat, toko hp, travel. Lantai atas ada foodcourt dan bioskop 21. Lantai bawah ada Carrefour. Jual cepat nego sampe jadi," tulis penjual.
Baca Juga:
Centre Point Mall Tetap Berdiri Setelah Pembayaran Tunggakan
Menanggapi fenomena mal-mal legendaris di Jakarta sepi seperti kawasan Blok M, Ketua Asosiasi Pengusaha Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menilai banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan. Baik pada saat sebelum pandemi maupun pada saat pandemi.
"Sebagai contoh, masih banyaknya karyawan yang WFH (work from home) akan mempengaruhi tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan yang berada di sekitar area perkantoran," katanya, Kamis (23/12/21).
Baca Juga:
Rumah Sakit hingga Mall Pertama di IKN Gelar Groundbreaking Bulan Ini
Berbenah atau Mati Selamanya
Sepinya mal-mal tertentu termasuk mal legendaris di Jakarta tak hanya efek pandemi. Ada mal-mal lama yang sebelum pandemi memang mulai sepi pengunjung. Persaingan dengan mal-mal baru yang muncul menjadi faktor lain. Keberadaan mal-mal baru yang lebih modern tentu jadi daya saing antar pengelola untk terus berinovasi.
Staff ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (HIPPINDO) Yongky Susilo menyebut pengelola pusat perbelanjaan harus memutar otak untuk menarik kembali pengunjung serta tenant. Caranya bisa dengan membuat berbagai aktivitas yang menarik.