WahanaNews.co | Ketua Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi Serikat Petani Indonesia (SPI) Qomarun Najmi mengungkapkan faktor cuaca jadi pemicu harga cabai rawit naik hingga Rp 100 ribu per kilogram.
Sejumlah petani, kata dia, mengalami gagal panen akibat curah hujan yang tak menentu.
Baca Juga:
Indonesia Ternyata Impor Cabai-Bawang Putih dari Singapura
"Masa panen sudah mau habis, sedangkan di sentra produksi, banyak cabai kena penyakit patek akibat curah hujan yang tinggi,” ujar Najmi saat dihubungi melalui pesan pendek, Selasa, 7 Juni 2022.
Najmi menuturkan gagal panen terjadi hampir menyeluruh di sentra-sentra penghasil cabai. Kondisi ini membuat stok cabai terbatas di pasar.
Padahal, ia menyebut cabai merupakan komoditas pangan yang sensitif. Harga cabai fluktuatif, tergantung ketersediaan stoknya.
Baca Juga:
Tak Puas Hasil Food Estate Humbahas, Luhut Langsung Ajak China Masuk
Selain karena gagal panen, kenaikan harga cabai didorong oleh produksinya yang rendah. Najmi mengungkapkan, menanam cabai saat ini kurang menarik bagi petani.
Musababnya, marjin keuntungan yang didapat petani dari menanam cabai acap tak sesuai dengan biaya produksinya. “Tahun ini sedikit sekali petani yang tanam (cabai) karena tahun kemarin harga cabai rendah," kata dia.
Di sisi lain, kenaikan harga cabai terjadi karena tren impor terhadap komoditas pangan itu berkurang. Kenaikan biaya logistik membuat volume impor menyusut—menurut Najmi.