WahanaNews.co, Taipei - Masyarakat Taiwan tertarik berlibur untuk menikmati wisata alam Indonesia. Selain wisata alam, ketertarikan juga mengerucut pada wisata budaya, wisata sejarah, dan wisata kuliner. Antusiasme ini terungkap melalui kuesioner yang dibagikan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei di Taiwan pada gelaran 2025 Asian Culture Festival.
Sebanyak 109 pengunjung stan kultural (cultural booth) dari kalangan masyarakat umum dan mahasiswa Taiwan mengisi kuesioner tersebut.
2025 Asian Culture Festival bertempat di kampus Xinyi dan Shuangho Taiwan Medical University (TMU), pada 22—24 September 2025.
Baca Juga:
Konsumen AS Minati Desain dan Dekorasi Indonesia Berbasis Alam dan Upcycle
Melalui stan kultural, KDEI Taipei memperkenalkan kekayaan budaya Nusantara melalui materi budaya, pakaian tradisional, dan produk khas Indonesia.
“Stan kultural menjadi ruang interaksi antara mahasiswa serta masyarakat Taiwan dan mahasiswa Indonesia, sekaligus mempererat hubungan antarmasyarakat melalui seni kuliner dan tradisi. Dari hasil kuesioner, kami mendapat gambaran tujuan tempat wisata yang ingin didatangi oleh
masyarakat Taiwan,” kata Kepala KDEI Arif Sulistiyo pascaacara.
Bali masih menjadi destinasi wisata paling diminati masyarakat Taiwan, diikuti Yogyakarta, Sumatra Utara, Kalimantan, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Jenis wisata alam yang menarik perhatian adalah aktivitas di pantai dan laut serta di daerah pegunungan seperti hiking. Menurut hasil kuesioner, durasi liburan yang ideal ke Indonesia adalah tiga sampai tujuh hari.
Baca Juga:
“Indonesia Week” Sukses Digelar di Jeddah, Produk Indonesia Pertegas Keunggulan di Arab Saudi
Menurut Arif, waktu liburan hingga tujuh hari, preferensi kota tujuan, dan preferensi jenis wisata dapat mendorong mobilitas antarkota tujuan wisata melalui transportasi udara. Namun, harga tiket pesawat domestik akan menjadi penentu pengambilan keputusan berlibur ke Indonesia.
“Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat Taiwan untuk berlibur di Indonesia dalam dua sampai tiga tahun ke depan adalah harga tiket penerbangan domestik Indonesia yang dinilai masih tinggi. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah frekuensi penerbangan langsung dari Taiwan ke Indonesia,” ungkap Arif.
Ahmad, mahasiswa dari program pertukaran mahasiswa TMU asal Pakistan, menyebutkan, harga tiket pesawat domestik di Indonesia yang relatif tinggi menjadi salah satu hal yang menghambat bepergian ke berbagai destinasi wisata di Indonesia.
“Saya pernah berkunjung ke Indonesia dan sangat terkesan dengan kekayaan budayanya, keramahan masyarakatnya, serta keindahan alamnya. Saya sangat ingin menjelajahi lebih banyak tempat di Indonesia. Tantangan utama bagi saya hanyalah biaya tiket pesawat yang cukup mahal bagi mahasiswa,” pungkas Ahmad.
[Redaktur: Alpredo]