WahanaNews.co | Kementerian Pertanian mengungkapkan sebanyak 1,8 juta ton beras tersedia di penggilingan dan dapat diserap oleh Bulog guna memenuhi stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sehingga dinilai tidak perlu impor.
Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan Ismail Wahab mengatakan bahwa stok beras nasional hingga saat ini sebanyak 8,05 juta ton dengan rincian sebanyak 1.868.414 ton terdapat di penggilingan, 831.805 ton di pedagang, dan sisanya berada di rumah tangga.
Baca Juga:
Pemerintah Tetapkan Peraturan HET Beras Medium dan Premium melalui Bapanas
Ismail menjabarkan bahwa dari seluruh wilayah Indonesia penghasil beras menyanggupi menyediakan pasokan untuk pengadaan beras Bulog sebanyak 353.620 ton.
"Memang kalau dilihat beras tidak banyak di penggilingan, tidak banyak di pedagang, banyaknya di rumah tangga. Kenapa banyak di rumah tangga, karena kita tahu Bantuan Pangan Nontunai langsung ke rumah tangga. Sehingga beras lebih banyak di rumah tangga," kata Ismail, Jumat (18/11/2022).
Ismail menyebut data tersebut merupakan data hasil dari kerja sama Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional, dan Badan Pusat Statistik.
Baca Juga:
Jelang Idul Adha, Pemkab Sigi Pantau Stabilitas Harga Beras dan Jagung
Sebelumnya Perum Bulog menyarankan melakukan impor beras untuk memenuhi stok CBP yang saat ini di angka 652 ribu ton, dari yang ditargetkan 1,2 juta ton. Bulog menyebut pasokan beras tidak tersedia di samping itu juga harganya melonjak tinggi.
Terakhir, Direktur Perum Bulog Budi Waseso menyebutkan pihaknya telah mengamankan 500 ribu ton beras yang dibeli di luar negeri dan sewaktu-waktu bisa dikirimkan ke Indonesia. Stok 500 ribu ton tersebut merupakan beras komersil.
Budi Waseso pada rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI pada Rabu (16/11) juga menyampaikan bahwa baru menyerap 92 ribu ton beras dari penggilingan yang direncanakan pengadaan sebanyak 500 ribu ton sesuai kontrak Bulog dengan mitra penggilingan.
Namun Direktur Serealia Kementan Ismail Wahab menyebut alasan penyerapan Bulog yang minim dikarenakan perusahaan BUMN pangan tersebut tidak mau membeli dengan harga yang ditawarkan oleh penggilingan.
"Kenapa Bulog tidak bisa memenuhi tambah stok, karena harga di luar sudah Rp10.300 per kg, Bulog mau ngambilnya Rp 9.700," kata Ismail.
Dia menyampaikan bahwa pihak penggilingan akhirnya menjual kepada pengepul beras lain yang membeli dengan harga di atas Rp 9.700 per kg. "Dan saya kira wajar orang punya barang akan memasarkan barangnya pada penawaran yang tertinggi," kata Ismail. [rna]