WahanaNews.co | PT PLN (Persero) memastikan bahwa pihaknya tidak akan 'menyuntik mati' Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) secara keseluruhan. PLN memutuskan akan mengubah PLTU disertai teknologi co-firing.
Kamia Handayani, Executive Vice President of Energy Transition and Sustainability PLN mengungkapkan bahwa dalam konteks di Indonesia yang kaya akan sumber energi fosil dan EBT tentunya penting untuk mendiversifikasi energi.
Baca Juga:
PLN Mendapat Apresiasi atas Respons Cepat Pulihkan Kelistrikan di Layanan Publik Bali
Terdapat tiga hal dalam konteks ini: Pertama aspek reliability, kedua aspek affordability dan ketiga adalah aspek environmental atau penyediaan energi harus memperhatikan lingkungan.
"Jadi kalau bicara diversifikasi energi kita kaya akan batu bara, punya gas reserve, kita punya minyak dan kandungan geothermal terbesar ke dua di dunia. Kita pubya semua kenapa tidak dimanfaatkan," ungkap Kamia dalam Green Economic Forum, Senin (22/5/2023).
Untuk bertransformasi ke energi hijau, yang dilakukan PLN saat ini adalah bagaimana beralih dari power generation ke low carbon power.
Baca Juga:
Gubernur Bali Apresiasi Gerak Cepat PLN Atasi Gangguan Kelistrikan
"Low power itu banyak jadi kalau dari sisi PLTU misalnya untuk saat ini jangka pendek kita lakukan co-firing dengan biomassa dengan presentase sekitar 10%. Tetapi kau untuk mencapai NZE co-firing bisa dilakukan bukan hanya dengan biomassa tetapi amonia," ungkap dia.
Maka, PLN dalam membangun transisi energi, kata Kamia, PLN tidak hanya fokus pada satu skenario tetapi membuka 3-4 skenario. Termasuk diantaranya tidak menyuntik mati keseluruhan PLTU batu bara milik perusahaan.
"Ada fokus ke EBT, ada yang juga sebagian dari PLTU, gak semua kita pensiunkan, tetapi ada yang kita pertahankan disertai dengan teknologi co-firing, amonia, CCUS dan gas kita PLTGU kita gak dipensiunkan tetapi kita co-firing dengan hidrogen," tandas Kamia.