WahanaNews.co, Jakarta - Pedagang pasar tradisional menyatakan bahwa kenaikan harga beras yang terjadi baru-baru ini merupakan yang paling tinggi dalam sejarah.
Kenaikan harga beras ini melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan oleh pemerintah, mencatatkan rekor baru dengan mencapai Rp18 ribu per kilogram.
Baca Juga:
Pemerintah Tetapkan Peraturan HET Beras Medium dan Premium melalui Bapanas
Reynaldi Sarijowan, Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), mengungkapkan kesulitan dalam mendapatkan pasokan beras kelas medium dan premium.
Bahkan jika ada, harga beras premium di pasar mencapai Rp18.500 per kilogram.
"Ya (harga beras premium Rp18.500 per kg tertinggi di era Presiden Jokowi). Hati-hati, jika pasar tradisional stok berasnya tidak melimpah tentu akan terganggu distribusi pangan rakyat yang ada di pasar," ujarnya, melansir CNN Indonesia, Sabtu (24/2/2024).
Baca Juga:
Jelang Idul Adha, Pemkab Sigi Pantau Stabilitas Harga Beras dan Jagung
Reynaldi mengeluhkan keberadaan bansos beras 10 kg yang masif digulirkan jelang Pilpres 2024, sebelum kelangkaan di pasar ini terjadi.
Menurutnya, pembagian bansos dalam momentum politik itu menimbulkan tarik-menarik dengan stok beras di pasar. Ujungnya terjadi lonjakan harga, bahkan kelangkaan.
"Fakta bahwa harga beras tinggi ini bukti pemerintah tidak serius menanganinya. Jelas bahwa tata niaga pangan kita ini mesti diperbaiki dan perlu ada perubahan agar tidak terjadi seperti ini terus-menerus," tambahnya.
Sebagai informasi, berdasarkan Peraturan Badan Pangan Nasional No 7 Tahun 2023, HET beras berlaku sejak Maret 2023 adalah Rp10.900 per kg medium, sedangkan beras premium Rp13.900 per kg untuk zona 1 yang meliputi Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, dan Sulawesi.
Sementara, HET beras di zona 2 meliputi Sumatera selain Lampung dan Sumsel, NTT, dan Kalimantan dipatok Rp11.500 per kg medium dan beras premium Rp14.400 per kg.
Sementara di zona ke 3 meliputi Maluku dan Papua, HET beras medium sebesar Rp11.800 per kg, dan untuk beras premium sebesar Rp14.800 per kg.
Adapun berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategi Nasional (PIHPS), harga beras kualitas medium per Jumat (23/2) dipatok di Rp15.500-Rp15.650 per kg. Sementara beras kualitas super di kisaran Rp16.500-Rp17.000 per kg.
Namun di pasaran, harga beras premium bisa tembus Rp18 ribu per kg. Harga saat ini sudah jauh melampaui HET.
Harga Beras Dunia
Sementara itu, Badan Pangan Dunia (FAO) menyatakan bahwa saat ini harga beras dunia juga naik.
Mengutip dari laman resminya, Jumat (22/2/2024), dalam update Rice Price, FAO mencatatkan bahwa indeks harga semua beras FAO (FARPI) meningkat sebesar 1,2 persen pada Januari 2024 yang mencapai 142,8 poin.
Angka ini merupakan angka tertinggi harga beras dunia sejak tahun 2008 silam.
Jika dilihat berdasarkan jenis berasnya, harga beras Aromatik dan Ketan juga naik tipis masing-masing sebesar 0,8 dan 14 persen. Hal itu lantaran ada gangguan pada panennya.
Kemudian harga ekspor beras India secara umum menguat di negara-negara utama Asia selama bulan Januari kemarin.
Di Pakistan dan Thailand, kenaikan harga yang tercatat pada bulan Januari ada di beras yang berkualitas tinggi.
Hal ini lantaran para para produsen beras di sana harus menyiapkan stok atas tender impor dari negara lain yang memesan. “Salah satunya harus memenuhi pesanan impor oleh Perum Bulog,” tulis laporan itu.
Sementara di Amerika Serikat, nilai harga di pasar ekspor terus mengalami peningkatan karena ketersediaan pasokan yang terbatas menjelang periode tanam baru pada bulan Februari dan Maret.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.
Kepala Negara menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan harga beras.
Menurut Jokowi, perubahan iklim menjadi salah satu penyebabnya. Perubahan cuaca dan iklim tersebut menyebabkan petani mengalami gagal panen, mengakibatkan penurunan pasokan beras ke pasar.
“Tidak hanya di Indonesia saja tapi di seluruh negara. Kenapa naik? Karena ada yang namanya perubahan iklim, ada yang namanya perubahan cuaca sehingga gagal panen. Produksi berkurang sehingga harganya jadi naik," ujar Jokowi.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]