WahanaNews.co | Guna meningkatkan kesejahteraan, Presiden Joko Widodo menginginkan petani kelapa sawit di Indonesia mendirikan pabrik hilirisasi berupa pabrik minyak makan merah.
Hal itu diungkapkan Menteri Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Menkop UMKM) Teten Masduki, usai meresmikan Pabrik CPO dan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pabrik Minyak Makan Merah di Desa Tajau Mulya, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Selasa (31/1/2023).
Baca Juga:
Menkop UKM Tagih Janji DPR untuk Segera Bahas RUU Perkoperasian
Menurutnya, Presiden Jokowi menginginkan petani yang menguasai hampir 41, 24 persen kebun sawit di Indonesia tidak hanya menjual tandan buah segar (TBS) ke industri.
“Pemerintah hanya memberikan izin pada petani sawit untuk membangun pabrik minyak makan merah dengan teknologi yang sederhana, sehingga menekan biaya produksi, membangun pabrik skala mini dan minyak lebih sehat,” kata Teten, melansir Antara, Rabu (1/2/2023).
Teten menjelaskan, kandungan pro vitamin A dan vitamin E pada minyak makan merah cukup tinggi.
Baca Juga:
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki Ikuti Jalan Santai Launching HPN 2024 di Monas
"Kalau minyak goreng warnanya bening karena dibleaching atau melalui proses menghilangkan pigmen warna dan dibersihkan warna merahnya, padahal itu sumber vitamin A dan vitamin E," ujarnya.
Berdasarkan catatan dari Kementerian Perindustrian, menurutnya, saat ini Indonesia malah mengimpor bahan baku vitamin A dan vitamin E, padahal di Indonesia sudah tersedia bahan baku dari sawit.
Dia memaparkan Presiden Jokowi juga meminta pembangunan pabrik minyak makan merah hanya untuk koperasi petani sawit, bukan bagi perusahaan besar, agar nantinya tidak terjadi persaingan antara minyak makan merah dengan dengan produk lainnya.
Minyak makan merah ini, lanjutnya, jangan bersaing dengan yang besar, kalau yang kecil bersaing dengan yang besar pasti kalah. Jadi ini pemihakan pemerintah kepada petani sawit.
Supaya minyak makan merah diproduksi dengan murah dan bisa dibeli masyarakat sekitar, papar dia, maka pembangunannya itu per 1.000 hektare satu mini plant CPO dengan hasil produksi diperkirakan 10 ton per hari dan hasil produksinya bisa diserap dua kecamatan.
"Inilah konsep pabrik yang terintegrasi. Jadi kebunnya, pabriknya dan pasarnya satu kawasan , sehingga biaya produksinya bisa ditekan lebih murah," katanya.
Teten mengemukakan, untuk Detail Engineering Design (DED) pabrik minyak makan merah sudah selesai dan pabrik sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Badan Standarisasi Nasional dengan BPOM sudah mengeluarkan DED dan ada di tempat saya. Presiden minta pabrik minyak makan merah hanya khusus untuk koperasi petani sawit," pungkasTeten. [eta]