WahanaNews.co | Dalam tahapan penanaman, membuat teras (sengkedan) supaya tanaman tidak roboh, merupakan bagian yang perlu dilakukan, begitu juga dengan tanaman sawit.
Selanjutnya, tak kalah pentingnya adalah membuat rorak (lobang penampung air hujan) dan saluran drainase supaya tidak terjadi longsor (erosi).
Baca Juga:
Produksi Karet Aceh Timur 2024 Capai 15,895 Ribu Ton
Menurut beberapa literatur tingkat kemiringan juga perlu diperhitungkan, lantaran dengan derajat kemiringan yang tinggi mengakibatkan tidak seluruh curah hujan dapat berinfiltrasi dan masuk ke dalam tanah. Di samping juga memperhitungkan supaya tidak terjadi erosi.
Sebab bila terjadi erosi maka lapisan tanah atas yang subur akan hilang dan hanya tersisa tanah lapisan bawah yang kurang subur, akibatnya bisa berimplikasi pada rendahnya produktivitas tanaman.
Maka itu perlu dibuat teras guna mengatasi erosi tadi, sebab pembuatan teras ini bakal mengurangi aliran air (ran off) yang akan mengurangi bahaya erosi.
Baca Juga:
Guru Besar IPB Sindir LSM yang Koar-koar Anti Sawit
Dengan pembuatan teras juga bisa meningkatkan daya infiltrasi dan penyimpanan air tanah, tentu saja pemeliharaan tanaman pun jadi jauh lebih mudah. Terakhir, bisa menjadi tempat penaburan pupuk.
Sebelum membuat teras, kata Direktur PT Global Mapindo, Eddie Purwanto, mesti dilakukan pengukuran dan kemiringan kontur lahan.
Apabila jalur teras atau punggung bukit yang memanjang, sebaiknya menggunakan sistem teras bersambung dengan menggunakan alat berat.
Tetapi apabila beberapa areal kontur bukit tidak memanjang, bisa di gunakan dengan sistem tapak kuda dengan mengeruk punggung bukit dan dibuat tatakan tanam selebar 1,5 hingga 2 m, dengan menggunakan cangkul.
Lantas, setelah pembuatan teras rampung, maka lahan akan bersih dari tanaman sehingga sangat rawan dari longsor. Maka langkah yang harus dilakukan adalah dengan mengendalikan gulma, yakni dengan melakukan pengendalian gulma yang tumbuh di antara terasan, sebab akar gulma dapat mencegah kelongsoran lantaran mampu mengikat tanah.
Jangan sekali kali melakukan blanket atau penyemprotan total pada terasan sebab tanam gulma akan mati sehingga longsor bisa terjadi sewaktu-waktu.
Apabila pertumbuhan gulma lambat, maka diperlukan stimulan penanaman tanaman pengganti misalnya dengan kacangan.
Kacangan yang digunakan sebagai penutup tanah pun harus memenuhi syarat diantaranya, pertama, sifat perakaran tidak menggangu dan bukan merupakan saingan tanaman utama, kedua, mudah diperbanyak baik vegetatif maupun generative.
Ketiga, memberikan kandungan bahan organik yang tinggi baik dibawah sinar matahari atau terlindung, keempat, tahan terhadap hama penyakit atau kekeringan serta bukan tanaman inang hama penyakit bagi tanaman utama, kelima, mempunyai potensi menekan pertumbuhan gulma Jenis kacangan yang memenuhi syarat tersebut dan sering dipakai sebagai tanaman penutup tanah antara lain Peuraria Javanica (PJ), Centrosema Pubescens (CP), Calopogonium Mucunoides (CM), Psophocarpus Palustris (PP), Calopogonium Caeruleum (CC), Mucuna Bracteata (MB). [qnt]