WAHANANEWS.CO, Jakarta- Di kawasan hutan rusak, ada rencana pemerintah era Prabowo Subianto ingin memanfaatkan untuk ditanamkan sawit adalah ide positif. Ada pandangan diskriminasi terhadap tanaman sawit.
Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Yanto Santoso menilai selama ini ada diskriminasi terhadap tanaman sawit di dunia. Dia menuturkan tanaman yang tumbuh di negara tropis ini jadi alasan sawit didiskriminasi.
Baca Juga:
Jeritan Warga Gang Subur Kelurahan Kisaran Timur di Jalan Rusak 4 Tahun Tak Diperbaiki, LSM Minta PUTR Asahan Diperiksa
Dia mengatakan sawit punya banyak manfaat mulai dari pangan hingga energi. Ia menekankan sawit juga sebagai tanaman yang produktivitasnya mencapai empat sampai delapan kali lipat daripada bunga matahari dan kedelai yang jadi andalan minyak nabati Eropa serta Amerika Serikat.
“Ada perang dagang nih minyak nabatinya internasional. Coba kalau sawit tumbuh di Eropa sama Amerika, mereka [pihak asing] nggak akan mempersoalkan,” kata Yanto, dikutip pada Selasa, (14/12025) melansir VIVA.
Dia menyampaikan Amerka Serikat dan Eropa seperti iri dengan sawit di Indonesia.
Baca Juga:
LSM Geram Banten Indonesia Awasi Penggunaan Anggaran Dana Desa di Kabupaten Tangerang
"Karena kita kan matahari penuh tiap hari, kan? Jadi memang produk sawit di kawasan tropis ini luar biasa,” ujar Yanto.
Yanto menuturkan, terjadi diskriminasi terhadap sawit yang berujung pada penilaian negatif dari segelintir Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asing terhadap tanaman sawit. Penilaian negatif dari LSM itu selalu berpandangan menyebabkan deforestasi.
“Itu lah mereka iri. Disuruh lah para LSM. Sekarang mikir deh nih, Ketika orang mau nanam tebu atau nanam aren di kawasan hutan, ada yang ribut nggak? Tidak ada," lanjutnya.